Sabtu, 12 September 2020

NEW NORMAL ATAU NEW ANORMAL? (Adaptasi Kebiasaan baru berujung Petaka)

 Oleh: Muhammad Iqbal Nur Hakim (Master Islamic World & Scout, U-Report No ID 46800655, Co. Founder Class Online Scout Indonesia).

Prolog

Sudah menjelang 6 bulan, wabah Pandemi atau sekarang lebih ke Endemi COVID-19 ini melanda Indonesia tertanggal dari 15 Maret 2020 hingga saat ini. Banyak sekali para dokter dari kalangan senior, junior bahkan relawan yang berjuang melawan wabah ini dan akhirnya mereka gugur saat bertugas. Total mereka yang gugur adalah 100 jiwa, ini belum termasuk yang lain. Total Positif hampir 200.000 orang, total sembuh sekitar 120.000 orang dan yang meninggal 8000 lebih. Dan setiap harinya selalu ada penambahan kasus bahkan semakin hari semakin bertambah parah dan memang diprediksi sampai Akhir tahun 2020 dan/ atau awal tahun 2021.

Namun, disisi lain, pemerintah baik dari tingkat Pusat sampai tingkat Kecamatan demi menjaga kestabilitas ekonomi dan kejenuhan maka diterapkan “New Normal” atau Adaptasi Kebiasaan Baru. Padahal sebagaimana yang telah kita ketahui, penyebaran COVID-19 ini semakin hari semakin ganas dan bertambah parah, tetapi pemerintah tetap menerapkan New Normal/ AKB ditambah masyarakat sudah jenuh dan sudah dianggap biasa dan semakin tidak peduli. Padalah inilah yang sangat berbahaya.

Motif Berlakuknya New Normal/AKB

Memang niat Pemerintah kita ini baik, tujuannya adalah mensabilkan kondisi negara Indonesia karena sejak wabah COVID-19 ini banyak sekali pengangguran dimana-mana, tempat-tempat pekerjaan banyak yang gulung tikar, penghasilan untuk kebutuhan menjadi sedikit sehingga tingkat perceraian sejak wabah COVID-19 ini terus bertambah, bahkan tingkat kejahatan seperti perampokan, pencurian, pembunuhan dan lain-lain menjadi bertambah banyak. Begitu  pun kegiatan sekolah dari tingkat TK sampai Kuliah S-1, S-2 dan S-3 banyak yang daring. Maka pemerintah melakukan konsep New Normal. Jadi seperti kembali lagi sebelum adanya wabah COVID-19.

Itulah awal motif pemerintah kita mau menerapkan New Normal/ AKB ini memang aku akui keputunannya baik. Akan tetapi, seharusnya penerapan New Normal/ Adaptasi Kebiasaan Baru ini tidak bisa diterapkan begitu saja. Karena untuk menerapkan konsep seperi ini, wabah COVID-19 ini harus ada penguruangan disetiap harinya. Bukan pada saat sekarang ini, dimana waban COVID-19 ini semakin hari semakin parah sehingga banyak sekali yang kena.    

Akibat Salah Mengambil Keputusan   

Apa yang terjadi sekarang ketika pemerintah tetap memaksakan penerapan konsep ini sedangkan kondisi semakin hari semakin parah?. Kita bisa melihat sendiri sekarang. Dimana yang masih berkerumun tetap berkerumun, yang ga pakai masker tetap banyak, dan masih banyak yang tidak mengikuti aturan-aturan protokol keseharan jadi wajar apalabila semakin kesini semakin bertambah, semakin ganas dan parah.

Kalau sudah separah seperti saat ini mau siapa yang akan disalahkan? Pemerintah kah? Masyarakat kah ? atau siapa?. Memang kalau bisa dikatakan keduanya sama-sama salah. Kenapa? Pemerintah yang membuat kebijakan malah dilanggar sendiri. Seperti hari ini kebijakannya A, Besoknya B, besoknya lagi C dan lain sebagainya sehingga masyarakat menjadi bingung dan tidak tahu harus merujuk ke yang mana. Ditambah lagi dengan kurangnya kesadaran dari masyarakat jadi lengkaplah sudah pemerintah bilang ini, masyarkat melakukan itu dan akhirnya wabah COVID-19 sudah terlanjur menyebar luas dan sampai separah ini.

Wabah COVID-19 akan menyerang ke semua orang layaknya Tsunami, Benarkah?

Jika ditanya tentang ini pasti aka nada yang menjawab antara iya atau tidak. Dan pasti akan banyak asumsi-asumsi dari yang berbeda pendapat. Tapi kalau dilihat dari kesadaran masyarakat, besar kemungkinan iya. Mengapa? Selain Wabah ini semakin hari semakin parah, tetapi apabila tidak ada kesadaran dari masyarakat dalam menjalankan prototol kesehatan bahkan sampai ada yang tidak peduli akan kesehatan, pasti akan mengenai semua orang dan hari ini pun akhirya terjadi. Banyak sekali kasus-kasus yang di dapati di seluruh Indonesia baik di sekolah, perkantoran, pasar, dan masih banyak lagi yang kita kenal dengan nama “Klaster Baru Penyebaran COVID-19”.

Dan bila hal-hal seperti ini masyarakat masih belum ada kesadaran apalagi sampai tidak peduli lagi termasuk mengabaikan protocol kesehatan termasuk pemerintah salah mengambil sikap dan kebijakan. Saya berani yakin, “Dalam waktu 4 bulan (Oktober-Desember) Dari Sekarang. Wabah COVID-19 ini akan mengenai semaua orang seperti korban tsunami. Jumlah positif bukan lagi ribuan tetapi bisa jadi Jutaan perharinya dan yang meninggal bukan lagi ratusan perhari tetapi lebih dari itu bisa sampai jutaan yang meninggal karena wabah COVID-19 per harinya kerena kesalahan dalam kebijakan pemerintah dalam menyelesaikan bencana ini dan tidak ada kesadaran masyarakat akan bahaya wabah COVID-19 ini”.

Aku teringat pesan dari Habib Husen Bin Thoha. Beliau adalah Dzuriah Nabi Muhammad SAW. Tepatnya hari ke 30 Ramadhan sebelum Idul Fitri. Beliau menyampaikan Ceramah dan Pesan ke seluruh Warga Indonesia seperti ini “Keselamatan Indonesia ditentukan 15 hari setelah lebaran, apabila warga Indonesia tidak mematuhi imbauan dari pemerintah untuk memutus mata rantai COVID-19 ini, lihat saja sebentar lagi wabah COVID-19 akan menampar seluruh wajah-wajah kalian disetiap rumah-rumah”. Pesan yang beliau sampaikan rupanya berbentuk isyarat dan firasat yang memang betul-betul akan terjadi setelah ini dan aku mendengarnya merindung. Dan aku pun akhirnya merasakan ada firasat buruk ketika mendengar ceramah sekitar hari ke 20 Syawal. Dimana firasatku ini mengatakan bahwa Wabah COVID-19 akan semakin parah sampai 2021, sekolah, kampus dan pengajian akan ditutup, haji dilarang dan huru hara seperti kejahatan-kejahatan, pencurian, perampokan, penculikan dan pembunuhan akan semakin banyak selama itu. 

Subhanallah. Kini firasat dari Habib Husen dan dariku betul-betul terjadi. Kita berlindung dari segala wabah penyakit dan segala bentuk kejahatan-kejahatan lainnya. Aamiin. Karena memang apa yg dikatakan dan difirasatkan betul-betul sedang terjadi. Meski begitu kita harus terus berdoa, dekat kepada Allah, jauhi segala bentuk-bentuk yang merugikan, tetap dirumah karena wabah dan fitnah semakin banyak ketika diluar rumah bila keluar rumah hanya dalam kondisi sangat genting dan penting. 

Apa yang bisa kita lakukan?

Pernah aku menyampaikan Tausiyah Ngopiq (Ngobrol Perkara Iman dan Taqwa) via WhatsApp tentang New Normal atau New Dead. Dimana isinya lebih singkat dari tulisan ini. Banyak yang mengatakan wabah COVID-19 ini adalah Virus nyata, ada juga yang mengatakan ini adalah konspirasi dari Cina untuk menjadikan senjata pemusnah massal, ada yang mengatakan lain sebagainya. Nah, sekarang aku balik nanya “kalau ini adalah Penyakit kamu mau ngampain?” “kalau ini konspirasi kamu mau melawan pakai apa?? Kosnpirasi adalah sebuah kejahatan makar yang sangat sulit dilawan karena sistemik kalau kita melawan jusru kita yang akan mati”.

Lantas apa yang seharusnya kita lakukan dalma menghadapi Endemi COVID-19 ini yang dimana memasuki New Normal/ Adaptasi Kebiasaan Baru tetapi wabah semakin hari semakin ganas dan semakin parah?

1. Tetap optimis, yakin, penuh harap dan doa kepada Allah SWT.

Karena Allah SWT adalah sang Maha pemilik segalanya, penyakit datangnya dari Allah SWT menyerang dan mengambilnya bagaimana kehendak Allah SWT, bisa saja ini adalah teguran kepada kita semua karena kita kurang dekat dengan Allah SWT sehingga Allah SWT memberikan teguran berupa wabah ini agar kembali kepada Allah SWT dan juga bisa berupa Ujian bagi kita yang berimana kepada Allah SWT agar kita bisa terus mengambil hikmah dibalik musibah ini. Sehingga kita tetap yakin kepada Allah SWT kelak wabah ini akan diangkat oleh Allah SWT sekehendak-Nya.

Oleh karena itu jangan menyerah dalam berdoa agar kita semua selama dari segala musibah dan bencana dan tetap yakin semoga wabah ini diangkat oleh Allah SWT.

2. Jangan termakan berita-berita yang belum tentu itu benar adanya.

Apalagi dalam kondisi seperti ini banyak dari kalangan tertentu yang ingin menyebarkan berita tetapi tidak pada sumber yang valid dan dipercaya sehingga berapa banyak yang tertipu dan melemahkan semangat semua orang. Maka dari itu kita harus terus hati-hari terkait berita tantang Wabah COVID-19 ini.

Carilah berita-berita yang valid terkait kondisi penyebaran COVID-19 ini, jangan sampai termakan dengan berita-berita yang belum tentu benarnya.

3. Jangan keluar rumah kecuali bila sangat genting.

Tentu ini sudah jauh-jauh hari sejak wabah COVID-19 ini mulai merambah ke negeri Indonesia dan akhirnya banyak sekali yang terkena wabah ini, maka jalan satu-satunya yang aman adalah tetap dirumah dan terus bersabar dengan apa yang bisa kita lakukan dalam menghadapi wabah COVID-19 yang menyebar ke seluruh Dunia. Jika ada yang mau keluar rumah hanya hal-hal yang sangat genting dan penting sekali. Jika tidak maka akan mendatangkan Mudharat yang lebih besar lagi dan mengerikan.

4. Terus jadi garda dan benteng terakhir untuk semua orang.

Untuk kalian yang berprofesi sebagai doker, polisi, tentara, PMI, Damkar, relawan kesehatan, relawan dari satuan manapun, baik dari Pramuka, Komunitas, Rohis, para aktivis mahasiswa dan lain-lain yang berjuang digaris depan dalam memerangi COVID-19 ini. Tetap semangat, jangan menyerah, meski banyak teman-teman yang jatuh berguguran (Insya Allah mereka Syuhada) tetapi kalian adalah benteng terakhir bagi kami. Maka jangan kendor dan bersedih, teruslah semangat dan tetap bangkit. Insya Allah perjuangan dan pengorbanan kalian sudah Allah SWT catat sebagai amal Jihad menolong banyak orang bila kalian gugur Insya Allah Syuhadah.

5. Hidup sehat Ala Rasulullah SAW.

Tentu ini merupakan cara yang terbaik dalam mencegah dan menghadapai Wabah COVID-19 ini yang semakin hari semakin parah. Maka tentu kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW harus selalu menjaga pola makan, istirahat dan kebiasaan hidup lainnya dengan pola hidup sehat yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Agar kita selaku umatnya mendapatkan syafaat tertinggi. Aamiin.

Penutup

Kita tidak tahu kapan wabah ini akan selesai. Tetapi yang jelas ini masih jauh dari selesai. Meski pemerintah sudah menggagas New Normal/Adaptasi Kebiasaan Baru, tetapi pada kenyataanya korban terus bertambah dan wabah semakin parah. Tetapi meski begitu kita tetap jangan pesimis, harus yakin bahwa kita punya Allah SWT kita memohon perlindungan dan ketia memang harus berkeluar rumah, tetap ikui prosedur protokol kesehatan dalam pencegahan COVID-19.

Semoga Allah SWT melindugi kita semua dari segala wabah dan penyakit yang sedang melandan di negeri kita ini. Kalau pun memang kita berada pada puncak-puncak parahnya sampai Akhir tahun dan/atau awal tahun. Semoga kita tetap bersabar dan kita ambil hikmah yang sedang terjadi. Aamiin. Wallahu A’lam bish shawwab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar