Minggu, 30 Oktober 2022

Santri Untuk NKRI: Harapan dan Kenyataan Santri Tangguh di Tahun 2045

Sejarah Singkat Hari Santri

            Berangkat dari kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan pada hari Jumat tanggal 17 Agustus 1945. Indonesia mennyataak diri sebagai negera Merdeka yang berdaulat. Terlebih prangkat-prangkat negara sudah dibuat. Dimulai dari pembentukan Dasar Negara, UUD, Pemerintahan Daerah (Provinsi), keamanan rakyat dan masih banyak lagi. Dimana dibuat oleh BPUPKI, Panitia 9, dan PPKI. Maka, Indonesia sudah siap menentukan nasibnya sendiri.

            Namun, baru saja menikmanti manisnya kemerdekaan (belum genap 1 bulan). Indonesia mendapatkan ujian dan cobaan berat. Dimana Pasukan Sekutu yang di dalam nya ada tentara Belanda dengan Satuan AFNEI mendarat di Jakarta dengan tujuan untuk melucuti senjata Jepang, mengurus tahanan perang. Namun, pihak Sekutu berkoordinasi dengan pemerintah Indonesia yang baru saja merdeka. Pemerintah Indonesia menyetujui akan hal itu, tetapi dengan catatan tidak mengotak-ngatik status kemerdeakaan Indonesia. Namun, upaya tersebut tidak membuahkan hasil.

            Bung Karno Galau, beliau menilai bila terjadi pertempuran maka secara matematis kalah jauh, terlebih persenjataan mereka lengkap dan keahlian militer lebih memadai. Atas Usul dari Soedirman (masih menjadi Panglima Divisi) mengusulkan ke Bung Karno untuk mengirim Utusan ke Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur. Untuk menemui KH. Hasyim Asy’ari dan menanyakan Fatwa apa hukum Jihad membela negara yang notabene bukan negera Islam.

            K.H. Hasyim Asy’ari mengumpulkan Ulama NU se-Jawa dan Madura untuk membahas persoalan ini, bukan hanya itu, Meliau meminta untuk para Pemimpin Kiyai NU untuk melaksanakan Sholat Istikharah, Salah satunya Kiyai Abbas dari Buntet, Cirebon, Jawa Barat. Tepat tanggal 21 Oktober 1945, Seluruh delegasi Kiyai NU se-Jawa dan Madura berkumpul di kota Surabaya dan Rapat dipimpin langsung oleh K.H. Hasyim Asy’ari dan K.H. Wahabb Hasbullah. Setelah diskusi yang cukup panjang dan mendengarkan hasil Istikharah dari Para Pemimpin Kiyai NU, maka besok siangnya tanggal 22 Oktober 1945 lahirlah rumusan penting yang dikenal dengan “Resolusi Jihad NU”, yang berisi:

“Hukum membela negera dan melawan penjajah adalah Fardhu A’in, bagi setiap muslim yang berjuang lalu terbunuh maka disebut mati syahid. Apabila ada pihak Indonesia yang sengaja membocorkan rahasia kepada musuh maka wajib hukumnya untuk dibunuh”.

            Dokumen Resolusi Jihad inipun akhirnya disebarluaskan ke seluruh pesantren-pesantren di Jawa dan Madura, tak terkecuali ke Komandan Hizbullah. Dari Lahirnya Resolusi Jihad NU ini akhirnya menjadi cikal bakal Hari Santri.

Apakah Kita adalah Santri?

Membahas ini apakah kita santri atau bukan. Maka kita akan membuka arti Santri dalam Arti Sempit dan Arti Luas. Santri dalam arti sempit adalah santri yang memang belajar pada Pondok-pondok pesantren yang talaqi/belajar langsung dengan Kiyai dan memang mondok/tinggal dipesantren itu. Itulah santri dalam artian sempit, hanya sebatas lingkungan Pesantren.

Sedangkan Santri dalam arti luas adalah bukan yang hanya mondok/tinggal di lingkungan santri saja, tetapi lebih dari pada itu. Bisa dari Sekolah-sekolah Islam Terpadu yang Boarding School, maupun Full Day School, Ikut mengaji dan belajar Ilmu agama dengan para Ustadz dan/atau Kiyai seperti Belajar Tahsin, Tahfiz, mengikuti Program Kajian/Pengajian setiap pekannya sama Ustadz dan/atau Kiyai (Kita Kenal Santri Kalong, Santri Pulang-Pergi yang memang tidak tinggal di lingkungan Pesantren). Itulah santri dalam artian luas, karena dilihat berbagai faktor sesuai perkembangan Zaman. Nah yang jadi pertanyaan, diposisi manakah kita sekarang? Semoga kita salah satu dari keduanya atau bahkan keduanya.

Tantangan Santri dimasa Sekarang dan Akan Datang   

Tantangan Para Santri yang ada di Indonesia saat ini memang banyak sekali dan ini sudah menjadi rahasia umum. Bila tidak segera disikapi maka tak bisa dipungkiri jumlah dan semangat santri semakin hari akan semakin habis. Diantaranya adalah:

1.      Kurangnya Pemahaman dan Pendalaman terhadap IPTEK

Ini merupakan tantangan yang terbesar dalam Dunia Pesantren. Karena dalam Pesantren sangat sedikit sekali yang mempelajari dan menadalami Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Memang Ilmu tentang IMTAQ (Iman dan Taqwa) harus ditonjolkan bagi setiap santri, tetapi dalam pengetahuan dan teknologi. Para Santri tidak mempelajari dan mendalami ilmu tersebut. Sehingga banyak sekali para santri yang sudah lulus dari Pondok Pesantren tanpa dibekali Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Sedangkan masalah dan krisis terbesar pada Umat ini adalah Krisis Ilmu.

Terlebih sekarang sudah memasuki Era 5.0, dimana seluruh kegiatan banyak yang mendukung digitalisasi. Jika para santri tidak dibekali ilmu ini, maka bisa dikatakan akan seterusnya ketinggalan jaman dan tidak ada yang mau menjadi santri.

2.      Orientasi Para Santri hanya berfokus untuk menjadi Pengusaha Saja, tetapi sedikit untuk kaderisasi menjadi Ulama dan Cendikiawan.

Berorientasi untuk menjadi Pengusaha memang tidak ada salahnya. Karena memang setiap santri memang harus memiliki Jiwa Enterprener Ship agar bisa membantu banyak orang dan juga diri sendiri. Namun sangat disayangkan, diantara banyak yang ingin menjadi pengusaha, sangat sedikit untuk menjadi sosok Ulama. Padahal, Pesantren salah satu kaderisasi untuk melahirakan para Ulama dan Cendikiawan. Tetapi sangat sedikit untuk diperhatikan.

Sehingga yang terjadi saat ini, negara kita kekurangan sekali sosok Ulama dan Cendikiawan yang ahli pada bidangnya. Ditambah para Ulama yang ada saat ini baik di Pesantren maupun di tempat pengajian sudah sepuh/lanjut usia dan tidak ada yang meneruskan dan apabila sosok Ulama wafat, tidak ada generasi yang meneruskan dan ini sangat berbahaya bila tidak ada yang meneruskan perjuangan ulama.

3.      Terjebak pada percintaan antar santri laki-laki dengan santri perempuan

Kejadian seperti ini sudah tidak aneh lagi pada dunia pesantren. Meski tempat Pondok Pesantren baik dari segi pembelajaran, pengajian maupun sampai tempat tinggal sudah jelas terpisah jauh. Tetapi tetap saja ada kejadian-kejadian seperti ini. Apa yang menyebabkan itu terjadi? Sebetulnya sederhana, karena di dunia Pesantren memang sangat dibatasi interaksi antara santri laki-laki dan santri perempuan ditambah ada beberapa yang saling suka sama lain tetapi kebablasan. Sehingga terjebak pada percintaan dan tak sedikit yang ketahuan dan dihukum oleh pengasuh pesantren.

Sebetulnya hal yang seperti ini bisa diatasi apabila sesama santri bisa menjaga pandangan dan juga menjaga dari cinta yang tidak halal dan thoyibah dan juga adanya pengawasan oleh para pejaga, ustadz dan ustadzahnya untuk para santri laki-laki dan santri perempuan.

4.      Kurangnya di didik untuk menjadi Santri Pejuang

Santri pada awal Kemerdekaan Indonesia, selalu berjuang dalam mempertahankan kemerdekaan sejak Resolusi Jihad hingga akhir tahun 1950. Selain itu juga banyak para santri menjadi pejuang di bidang pemikiran dan pergerakan yang menjadi inspirasi Umat Islam saat ini. Bahkan ada santri yang berjuang berdakwah di pelosok-pelosok terpencil di Indonesia agar Islam tetap bertahan dan tegak ditengah-tengah gelombang missionaris saat itu untuk melakukan kristenisai.

Namun untuk kondisi Santri pada hari ini, masih sedikit untuk di didik menjadi pejuang seperti dakwah ke pelosok-pelosok terpencil, minimnya pengetahuan akan kebangsaan, kurang dilatih dalam  perjuangan Amar Makruf Nahyi Munkar dan Jihad Fii Sabilillah bagi Agama, Bangsa dan Negara, kalaupun itu ada tetapi tidak terlalu signifikan. Sehingga ketika ada permasalahan bangsa, para santri tidak tahu dalam menyelesaikan permasalahan Umat, seperti krisis yang dihadapi negeri, kemerosotan aqidah, moral serta kurang perhatian akan bahaya Kristenisasi.

5.      Faham dan/atau Aliran sesat yang mulai menggerogoti pesantren dan santri

Tantangan saat ini dan ke depan yang tidak kalah mengerikan adalah banyaknya pesantren-pesantren yang sudah terkena virus-virus faham dan/atau aliran sesat yang akhirnya mengakar ke para santri-santri. Inilah yang saat ini terjadi dan akan sangat berbahaya dimasa yang akan datang. Dimana Pesantren dan/atau sekolah-sekolah Islam  adalah Benteng terakhir Dunia Pendidikan saat ini dan kedepan yang akan melahirkan para santri-santri yang hebat, tangguh pejunag dalam menegakan Amar Makruf Nahyi Munkar dan Jihad Fii Sabilillah bagi Agama, Bangsa dan Negara tercinta ini. Karena adanya faham-faham atau aliran sesat yang menggerogoti pesantren dan para santri akhirnya konsep pendidikan di pesantren menjadi rusak dan pola pikir para santri menjadi kacau.

Faham-faham yang menyesatkan tersebut adalah Sekulerisme, Liberalisme, Pluralisme, Matrealisme, Komunisme, Ekstrimisme dan masih banyak isme-isme yang menyesatkan lainnya. Sedangkan aliran sesat diantaranya adalah Syi’ah, Khawarij, Murji’ah, Mu’tazilah, Qadariyah, LDII dan masih banyak lagi aliran sesat lainnya. Faham-faham dan aliran sesat ini tentu sangat berbahaya dan ancaman bagi Agama, Bangsa dan Negara tercinta ini. Karena selain bertentangan dengan Al-Quran, As-Sunnah, Ijtihad Para Ulama, tetapi juga bisa meruntuhkan semangat persatuan dan kesatuan bangsa tercinta ini.

Yang Harus Disipakan dalam Menyongsong Santri Tangguh di Tahun 2045  

            Untuk menjadi Santri yang Tanguh dalam menyongsung Indonesia Beradidaya di tahun 2045. Maka Setiap Pesantren dan/atau Sekolah-sekolah yang notabene adalah sekolah Islam Terpadu baik itu Boerding maupun Full Day, harus mempersiapkan itu semua. Apa sajakah itu?. Ini yang akan disampaikan.

1.      Penguatan IMTAQ dan IPTEK harus berdampingan

Hal ini tentu harus dipelajari baik santri di Ponpes maupun Sekolah Islam Terpadu. Karena selain mengajarkan Ilmu Akhirat, Ilmu Dunia pun perlu dipelajari dan diamalkan kelak dikemudian hari setelah lulus. Tujuan mempelajari dan mendalami IPTEK agar para santri tidak Gaptek (Gagap Teknologi) yang semakin hari semakin modern, sedangkan tujuan mempelajari dan mendalami IMTAQ sudah jelas. Yaitu mengimbangi IPTEK yang sedang dipelajari dan bisa diselaraskan dengan konsep-konsep Islam.

Sekarang ini, Alhamdulillah setiap Ponpes dan Sekolah Islam Terpadu sudah banyak yang mempelajari dan menyeimbangi antara Ilmu IMTAQ dan IPTEK, bahkan ada sekarang Ponpes yang sudah moderen seperti Gontor, Tebu Ireng, Daar El-Qolam, Darunnajah,   Asy Syafi’iah Nahdatul Wathon, Al-Mukmin, Husnul Khotimah dll. Lalu Sekolah Islam Terpadu yang sudah moderen baik Boarding maupun Full Day pun sudah mulai banyak bermunculan. Artinya punya kesempatan besar dalam mendidi para santri yang ahli di IMTAQ dan IPTEK.

2.      Adanya Kaderisasi menjadi Ulama dan Cendikiawan pada Bidangnya serta menjadi Pejuang.

Tujuan adanya Pesantren dan Sekolah-sekolah Islam terpadu lainnya. Tak bukan ialah mencetak para Ulama dan Cendikiawan pada bidangnya serta menjadi Pejuang. Karenanya sudah saatnya untuk fokus melahirkan sosok yang seperti itu, terlebih jumlah Ulama dan Cendikiawan saat ini, semakin hari semakin berkurang. Bahkan bisa dikatakan akan habis semua ketika tidak ada yang mau meneruskan perjuangan para Ulama dan Cendikiawan yang ahli dalam bidangnya. Kalau sudah habis maka tidak akan ada lagi yang akan memperjuangkan Islam dan tidak akan ada lagi Pesantren dan Sekolah Islam Terpadu dan Islam hanya tinggal nama saja. Terlebih Faham dan /atau aliran sesat semakin massif dalam penyebaran di Indonesia, begitu juga dengan Kristenisasi yang semakin gencar tiap tahuannya ditambah gelombang PKI (Komunis) yang mau bangkit kembali untuk balas dendam dan menghabisi orang-orang yang tidak sejalan dengan mereka.

Karenanya, Perlu para santri untuk di didik dan dilatih selain menjadi Ulama dan Cendikiawan  yang ahli pada bidangnya tetapi juga menjadi pejuang dalam membela agama bangsa dan negara tercinta kita. Bagaimana cara mendidiknya dan penyalurannya? Setiap Pesantren dan Sekolah Islam Terpadu pasti punya wadahnya masing-masing seperti ada kegiatan tambahan seperti Pramuka, Rohis, Paskibra, Literasi, Kajian/Pengajian tiap pekan, Bela Diri, Panahan, Berkuda, Berenang, Diskusi antar santri. Dengan demikian akan terbentuk karakter dan ciri khas setiap santri dan setelah lulus sudah siap dalam menegakan Amar Makruf Nahyi Munkar dan Jihad Fii Sabilillah bagi Agama, Bangsa dan Negara tercinta ini.

3.      Tetap berwirausaha

Tidak salah seorang santri yang telah lulus menjalakan wirausaha atau bahkan menjadi pengusaha. Karena memang sudah tentu agar terhindar dari yang namanya meminta-minta. Tapi tetap, jangan sampai terlalu fokus pada itu saja. Harus diimbangi dengan ilmu yang sudah kita pelajari untuk diamalkan. Seperti berdakwah dan berwirausaha harus seimbang, juga mengajari bagaimana berwirausaha menghindari dari praktik Riba, Kecurangan dalam Usaha dan Sombong dan Pamer.

Selain untuk memenuhi kebutuhan Hidup diri dan Keluarga tetapi juga bisa disalurkan untuk kegiatan-kegiatan dakwah lainnya seperti bersedekah, membiayai para pegawai dan menolong orang-orang yang tidak mampu. Artinya yang bergelut di dunia usaha memang Santri harus kaya agar bisa menolong banyak orang di sekitar.

4.      Jaga Pandangan, bila sudah siap lahir batin maka segera halalkan

Yang mananya percintaan, pasti akan selalu ada pada diri manusia. Tak terkecuali para santri laki-laki dan santri perempuan, akan selalu ada dimanapun itu berada. Cuma yang harus dilakukan sebisa mungkin tetap untuk menjaga pandangan yang tidak halal. Jika ada salah satu diantara atau bahkan keduanya saling suka. Tapi lebih baiknya doakan dalam setiap beres sholat terutama selepas sholat tahajjud. Bila kelak berjodoh Alhamdulillah, bila tidak berjodoh tidak berkecil hati. Asalkan harus siap lahir batin untuk jenjang yang serius, yaitu pernikahan. Agar bisa bernilai ibadah dan menjadi penyatu tali silaturahim dan adanya regenerasi.

Kita sering melihat banyak santri laki-laki dan santri perempuan kena hukuman seperti disiram comeran di depan seluruh santi lainnya, ada juga diarak keliling pesantren dan masih banyak lagi. Oleh karena itu, wajib untuk menjaga pandangan dan menjaga syahwat agar tidak terjerumus kedalam hal-hal yang diharamkan dalam Agama Islam.

5.      Bersama-sama untuk menagkal faham dan/atau aliaran sesat ditubuh Pesantren dan Sekolah Islam Terpadu

Faham dan/atau aliran sesat yang ada di Indonesia semakin hari semakin memprihatinkan dan sudah mulai berani menunjukan diri di masyarakat untuk menyesatkan masyarakat dari ajaran Islam yang sesungguhnya. Oleh karena itu, penting untuk memerangi faham dan/ atau aliran sesat yang ada di Negeri ini, tapi sebelum di masyarakat, harus dari Pesantren dan Sekolah Islam Terpadu terlebih dahulu. Karena penyebarannya ternyatan sebagaian besar dari situ. Meski tidak semua, tetapi tetap harus menjadi perhatian kita semua untuk selalu mawas diri.

Karena faham dan/atau Aliran sesat ini lebih kepada perang pemikiran, maka harus ditangani oleh pemikiran juga. Tidak bisa dengan kekuatan fisik, karena jusru akan lebih fanatik dengan faham dan/atau aliran sesat. Harus ada dialog antara kedua belah pihak untuk menagkal hal tersebut untuk kembali ke jalan yang benar.

Penutup

            Perjuangan Santri untuk NKRI ini masih panjang. Banyak perjalanan yang berliku dan berduri. Terlebih menjadi Santri Tangguh untuk mempersiapkan Indonesia Beradidaya di tahun 2045 ini akan banyak sekali tantangan demi tantanga yang harus dijalanni. Karena itu berupa ujian untuk Santri dan Negara tercinta kita ini. Tetapi Insya Allah akan mendapat manisnya perjuangan selama kita berada pada jalan yang lurus sesuai tntunan dalam Al-Quran, As-Sunnah dan Ijtihad para Ulama.

            Semoga Para santri menjadi garda terdepan dalam mempertahankan NKRI tercinta kita ini dari segala ancaman baik dari luar maupun dari dalam serta senantiasa terus menjadi yang terbaik dalam diri. Agar para santri menjadi solusi dalam berbagai masalah yang sedang dihadapai. Aamiin. Wallahu A’lam bish Shawwab.

 

Penulis: Muhammad Iqbal Nur Hakim, S.H., MGT., C.MAI., C.PS., C.MMI., C.STPI

“Tulisan ini dibuat dalam rangka Hari Santri 2022”