Pendahuluan
Ini
merupakan Tulisan tentang Mengenal Puasa (shaum) Sunnah. Sebelum kita
mengetahui shaum sunnah, mari sedikitnya kita mengetahui shaum yang wajib untuk
dilaksanakan sebagai seorang Muslim. Ada 2 macam puasa (shaum) yang wajib yang
harus dikerjakan apabila ditinggalkan maka akan berdosa. Puasa wajib tersebut
tidak lain adalah: Puasa (shaum) Ramadhan, Puasa (shaum) Nazar (Janji).
Puasa
Ramadhan: Puasa ini merupakan Puasa yang wajib diikuti oleh seluruh Umat Islam
yang ada di seluruh Dunia, dimana puasa Ramadhan ini merupakan rangkaian Rukun
Islam yang harus dijalani. Lama puasa Ramadhan ini mencapai 29 hari. Namun, ada
juga yang sampai 30 hari tergantung dari tampat Hilal itu berdiri dan
diputuskan biasanya oleh seorang Ulama yang ahli dibidang Isbat.
Puasa
Nazar: Puasa nazar ini merupakan puasa janji. Biasanya bila mendapatkan,
melakukan sesuatu dan lain sebagainya dan apa yang dilakukannya berhasil maka
seseorang tersebut akan melaksanakan puasa nazar. Lama puasa nazar tergantung dari
berapa hari kita janjikan untuk melakukan puasannya, kalau seminggu yah harus
dikerjakan semiggu.
Mengenal Puasa Sunnah lebih dekat
Ada sekitar lima puasa sunnah yang kita ketahui diantaranya yaitu:
1. Puasa Senin & Kamis
2. Puasa Ayyamul Bidh
3. Puasa 6 hari di bulan Syawwal
4. Puasa Arafah
5. Puasa Asyura &Tasu'a
Berikut penjelasan-penjelasan puasa sunnah sebagai berikut:
1. Puasa Senin & Kamis
Waktu : hari Senin dan
hari Kamis .
Hikmah : menambah derajat
kemuliaan ,karena amal manusia ditunjukkan pada
Allah swt
pada setiap hari
senin dan hari kamis .
Mengapa Nabi Muhammad SAW menganjurkan kita mesti puasa sunnah
pada tiap hari Senin dan Kamis? Dalam sebuah hadits yang disampaikan oleh Abu
Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda :
“Segala amal perbuatan manusia pada hari Senin dan Kamis
akan diperiksa oleh malaikat, karena itu aku senang ketika amal perbuatanku
diperiksa aku dalam kondisi berpuasa.” (HR. Tirmidzi)
Puasa yang dilakukan secara rutin dapat memberikan banyak
manfaat bagi fisik/lahiriah maupun jiwa/bathiniah.
Beberapa
manfaat puasa Senin-Kamis bagi kesehatan jasmani antara lain adalah:
Memberikan kesempatan istirahat
kepada alat pencernaan. Karena pada hari saat kita tidak berpuasa alat penceranaan di dalam tubuh bekerja sangat keras, dan pada saat puasalah alat pencernaan tersebut beristirahat
Membersihkan tubuh dari racun dan kotoran (detoksifikasi).
Dengan puasa Senin-Kamis, berarti membatasi kalori yang masuk dalam tubuh kita sehingga menghasilkan enzim antioksi dan yang dapat membersihkan zat-zat yang bersifat racun dan karsinogen dan mengeluarkannya dari dalam tubuh.
Mencegah penyakit yang timbul karena pola makan yang berlebihan gizi, yang belum tentu baik untuk kesehatan seseorang.
Kelebihan gizi atau overnutrisi mengakibatkan kegemukan yang dapat menimbulkan penyakit degeneratif seperti kolesterol dan trigliserida tinggi, jantung koroner, kencing manis (diabetes mellitus), dan lain-lain.
2. Puasa Ayyamul Bidh
Waktu : pada hari ke 13 ,
14 dan ke 15 setiap bulan ( kecuali
hari tasyrik 13 Dzulhijjah ).
Hikmah : berpeluang mendapat
pahala seperti puasa selama setahun.
Kenapa puasa ini begitu istimewa? Ada beberapa Alasan
mengapa puasa ini terasa begitu istimewa, antara lain: Bahwa puasa ini memiliki ganjaran yang sangat besar di sisi Allah, sudah tentu kita sebagai umat muslim akan rugi jika melewatkannya.
Dari Abdullah bin ‘Amr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallambersabda: “Puasalah tiga hari dari setiap bulan. Sesungguhnya amal kebajikan itu ganjarannya sepuluh kali lipat, seolah ia seperti berpuasa sepanjang masa.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan an Nasai)
Puasa ini juga puasa yang selalu dilakukan (sunah muakkad) oleh teladan terbaik kita Rasulullah Muhammad Saw, dan beliau juga mewasiatkannya kepada para sahabatnya juga umatnya:
Abu Hurairah ra. Berkata, “Teman dekatku (Nabi Muhammad saw.) berpesan tiga hal kepadaku: berpuasa tiga hari setiap bulan, dua rakaat dhuha, dan shalat witir sebelum tidur.” (Muttafaq ‘alaih)
Ibnu Abbas ra. berkata, “Rasulullah saw. tidak pernah berbuka (tidak berpuasa) pada Ayyamul-Bidh, baik di rumah maupun sedang bepergian.” (HR. Nasa’i. Sanad hadits ini hasan)
Luar biasa? pastinya…jadi tunggu apa lagi, pasang reminder di HP dan niatkan untuk melakukan puasa ini setiap bulannya.
Kapan,
nih?
Terus gimana kalau terlewat atau lupa, atau hari tersebut
jatuh pada hari dimana tidak diperbolehkan puasa misalnya…dan apakah harus di
tiga hari tersebut?
Mu’adzah
Al-Adawiyyah menceritakan bahwa ia pernah bertanya kepada Aisyah ra., “Apakah
Rasulullah saw. berpuasa tiga hari setiap bulan?” Aisyah menjawab, “Ya.” Saya
bertanya, “Dari bagian bulan mana beliau berpuasa?” Aisyah menjawab, “beliau
tidak peduli dari bagian mana beliau berpuasa.” (HR. Muslim)
Imam Nawawi berpendapat bahwa tidak ada pengkhususan di hari
berapa puasa sunah 3 hari setiap bulannya. Dan Yusuf Qardhawi dalam fiqh puasa
juga berpendapat bahwa perbedaan hadits dalam menetapkan hari- hari puasa
menunjukkan adanya toleransi. Setiap muslim boleh saja berpuasa di awal bulan,
tengah bulan, atau akhir bulan, sesuai dengan kemudahan dan kesempatan yang ia
miliki. Tapi kembali kata imam Nawawi, dalam hadits lain dijelaskan bahwa yang
paling utamaadalah di harike -13, 14, dan 15 , seprti dalam hadist:
“Wahai
Abu Dzarr, jika engkau ingin berpuasa tiga hari dari salah satu bulan, maka
berpuasalah pada hari ketiga belas, empat belas, dan lima belas.” (HR. At
Tirmidzi)
3. Puasa 6 hari di bulan Syawwal
Waktu : hanya pada hari
hari selama bulan Syawal.
Hikmah : yang melaksanakan
puasa 6 hari di bulan syawal setelah
puasa ramadhan maka
pahalanya sama dengan
jika puasa selama 1 thn penuh .
Abu Ayyub al-Anshari radhiallaahu ‘anhu meriwayatkan, Nabi
shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa berpuasa penuh di bulan
Ramadhan lalu menyambungnya dengan (puasa) enam hari di bulan Syawal, maka
(pahalanya) seperti ia berpuasa selama satu tahun.” (HR. Muslim).
Imam Ahmad dan an-Nasa’i, meriwayatkan dari Tsauban, Nabi
shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Puasa Ramadhan ganjarannya sebanding
dengan (puasa) sepuluh bulan, sedangkan puasa enam hari (di bulan Syawal,
pahalanya) sebanding dengan (puasa) dua bulan, maka bagaikan berpuasa selama
setahun penuh.” (HR. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hubban dalam “Shahih” mereka)
Dari Abu Hurairah radhallaahu ‘anhu, Nabi Shallallaahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa berpuasa Ramadhan lantas disambung
dengan enam hari di bulan Syawal, maka ia bagaikan telah berpuasa selama
setahun.” (HR. al-Bazzar)
Pahala puasa Ramadhan yang dilanjutkan dengan puasa enam
hari di bulan Syawal menyamai pahala puasa enam hari penuh, karena setiap
hasanah (kebaikan) diganjar sepuluh kali kelipatannya, sebagaimana telah
disinggung dalam hadits Tsauban di muka.
Membiasakan puasa setelah Ramadhan memiliki banyak manfa’at,
di antaranya:
1. Puasa enam hari di bulan Syawal setelah Ramadhan, merupakan pelengkap dan
penyempurna pahala dari puasa setahun penuh.
2.
Puasa Syawal dan Sya’ban bagaikan shalat sunnah rawathib, berfungsi sebagai
penyempurna dari kekurangan, karena pada hari Kiamat nanti perbuatan-perbuatan
fardhu akan disempurnakan (dilengkapi) dengan perbuatan-perbuatan sunnah.
Sebagaimana keterangan yang datang dari Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam di
berbagai riwayat. Mayoritas puasa fardhu yang dilakukan kaum muslimin memiliki
kekurangan dan ketidaksempurnaan, maka hal itu membutuhkan sesuatu yang
menutupi dan menyempurnakannya.
3. Membiasakan puasa setelah Ramadhan menandakan diterimanya puasa Ramadhan,
karena apabila Allah Ta’ala menerima amal seseorang hamba, pasti Dia
menolongnya dalam meningkatkan perbuatan baik setelahnya. Sebagian orang bijak
mengatakan, “Pahala amal kebaikan adalah kebaikan yang ada sesudahnya.” Oleh
karena itu barangsiapa mengerjakan kebaikan kemudian melanjutkannya dengan
kebaikan lain, maka hal itu merupakan tanda atas terkabulnya amal pertama.
Demikian pula sebaliknya, jika seseorang melakukan sesuatu kebaikan lalu
diikuti dengan yang buruk, maka hal itu merupakan tanda tertolaknya amal yang
pertama.
4. Puasa Ramadhan -sebagaimana disebutkan di muka- dapat
mendatangkan maghfirah atas dosa-dosa masa lalu. Orang yang berpuasa Ramadhan
akan mendapatkan pahalanya pada hari Raya Iedul Fithri yang merupakan hari
pembagian hadiah, maka membiasakan puasa setelah Iedul Fithri merupakan bentuk
rasa syukur atas nikmat ini. Dan sungguh tak ada nikmat yang lebih agung dari pengampunan
dosa-dosa. Oleh karena itu termasuk sebagian ungkapan rasa syukur
seorang hamba atas pertolongan dan ampuan yang telah dianugerahkan kepadanya
adalah dengan berpuasa setelah Ramadhan. Tetapi jika ia justru mengggantinya
dengan perbuatan maksiat, maka ia termasuk kelompok orang yang membalas
kenikmatan dengan kekufuran. Apabila ia berniat pada saat melakukan puasa untuk
kembali melakukan maksiat lagi, maka puasanya tidak akan terkabul, ia bagaikan
orang yang membangun sebuah bangunan megah lantas menghancurkannya kembali.
Allah Ta’ala berfirman, “Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang
menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat menjadi cerai berai
lagi.” (QS. an-Nahl: 92)
5.
Dan di antara manfa’at puasa enam hari di bulan Syawal adalah amal-amal yang
dikerjakan seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya pada bulan
Ramadhan tidak terputus dengan berlalunya bulan mulia ini, selama ia masih
hidup. Orang yang setelah Ramadhan berpuasa bagaikan orang yang cepat-cepat
kembali dari pelariannya, yakni orang yang baru lari dari peperangan fi
sabilillah lantas kembali lagi. Sebab tidak sedikit manusia yang berbahagia
dengan berlalunya Ramadhan, sebab mereka merasa berat, jenuh dan lama berpuasa
Ramadhan.
Barangsiapa yang mereka demikian maka sulit baginya untuk
bersegera kembali melaksanakan puasa, padahal orang yang bersegera kembali
melaksanakan puasa setelah Iedul Fithri merupakan bukti kecintaannya terhadap
ibadah puasa, ia tidak merasa bosan dan berat apalagi benci.
Seorang ulama Salaf ditanya tentang kaum yang
bersungguh-sungguh dalam ibadahnya di bulan Ramadhan tetapi jika Ramadhan
berlalu mereka tidak bersungguh-sungguh lagi, beliau berkomentar,
“Seburuk-buruk kaum adalah yang tidak mengenal Allah Ta’ala secara benar kecuali
di bulan Ramadhan saja, padahal orang shalih adalah yang beribadah dengan
sungguh-sungguh di sepanjang tahun.”
Oleh karena itu sebaiknya orang yang memiliki hutang puasa
Ramadhan memulai membayarnya di bulan Syawal, karena hal itu akan mempercepat
proses pembebasan dirinya dari tanggungan hutangnya. Kemudian dilanjutkan
dengan enam hari puasa Syawal. Dengan demikian telah melakukan puasa Ramadhan
dan mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawal.
Ketahuilah amal perbuatan seorang mukmin itu tidak ada batasnya
hingga maut menjemputnya. Allah Ta.a’a berfirman, “Dan sembahlah Tuhan-mu
sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).” (QS. al-Hijr: 99)
4. Puasa Ara'fah
Waktu : tanggal 9 Dzulhijjah
Hikmah : dapat menghapus
dosa 2 tahun ,1 tahun yang lalu dan 1
thn yang akan datang.
Hari Arafah memang salah satu hari
istimewa, karena pada hari itu Allah membanggakan para hamba-Nya yang sedang
berkumpul di Arafah di hadapan para malaikat-Nya. Nabi Muhammad shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda,
“Tidak
ada satu hari yang lebih banyak Allah memerdekakan hamba dari neraka pada hari
itu daripada hari Arafah. Dan sesungguhnya Allah mendekat, kemudian Dia
membanggakan mereka (para hamba-Nya yang sedang berkumpul di Arafah) kepada
para malaikat. Dia berfirman, 'Apa yang dikehendaki oleh mereka ini?'” (HR.
Muslim, no. 1348; dan lainnya dari 'Aisyah).
Olah karena itulah, tidak aneh jika
kaum muslimin yang tidak wukuf di Arafah disyariatkan berpuasa satu hari
Arafah ini dengan janji keutamaan yang sangat besar.
Marilah kita renungkan hadits di
bawah ini, yang menjelaskan keutamaan puasa Arafah, yang disyariatkan oleh
Ar-Rahman Yang Memiliki sifat rahmat yang luas dan disampaikan oleh Nabi
pembawa rahmat kepada seluruh alam. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda,
“Puasa satu hari Arafah (tanggal 9
Dzulhijjah), aku berharap kepada Allah, Dia akan menghapuskan (dosa) satu tahun
sebelumnya dan satu tahun setelahnya. Puasa hari 'Asyura' (tanggal 10
Muharram), aku berharap kepada Allah, Dia akan menghapuskan (dosa) satu tahun
sebelumnya.” (HR. Muslim, no 1162, dari Abu Qatadah).
Alangkah pemurahnya Allah Ta'ala.
Puasa sehari menghapuskan dosa dua tahun! Kaum muslimin biasa berpuasa satu
bulan penuh pada bulan Ramadhan, dan mereka sanggup melakukan. Maka,
sesungguhnya berpuasa satu hari Arafah ini merupakan perkara yang mudah, bagi
orang yang dimudahkan oleh Allah Ta'ala.
Barangsiapa membaca atau mendengar
sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang mulia ini pastilah hatinya
tergerak untuk mengamalkan puasa tersebut. Karena, setiap manusia pasti
menyadari bahwa dia tidak dapat lepas dari dosa.
Dosa
Apa yang dihapus?
Apakah
dosa-dosa yang dihapuskan itu meliputi semua dosa, dosa kecil dan dosa besar?
Atau hanya dosa kecil saja? Dalam masalah ini para ulama berselisih.
Sebagian
ulama, termasuk Ibnu Hazm rahimahullah, berpendapat sebagaimana zhahir
hadits. Bahwa semua dosa terhapuskan, baik dosa besar, atau dosa kecil.
Namun
jumhur ulama, termasuk Imam Ibnu Abdil Barr, Imam Ibnu Rajab, berpendapat bahwa
dosa-dosa yang terhapus dengan amal-amal shalih, seperti wudhu', shalat,
shadaqah, puasa, dan lainnya, termasuk puasa Arafah ini, hanyalah
dosa-dosa kecil.
Pendapat
jumhur ini di dukung dengan berbagai alasan, antara lain:
Allah
telah memerintahkan tobat, sehingga hukumnya adalah wajib. Jika dosa-dosa besar
terhapus dengan semata-mata amal-amal shalih, berarti taubat tidak dibutuhkan,
maka ini merupakan kebatilan secara ijma'.
Nash-nash dari hadits lain yang men-taqyid (mengikat;
mensyaratkan) dijauhinya dosa-dosa besar untuk penghapusan dosa dengan amal
shalih.
Dosa-dosa
besar tidak terhapus kecuali dengan bertobat darinya atau hukuman pada dosa
tersebut. Baik hukuman itu ditentukan oleh syariat, yang berupa hudud
dan ta'zir atau hukuman dengan takdir Allah, yang berupa musibah,
penyakit, dan lainnya.
Bahwa
di dalam syariat-Nya, Allah tidak menjadikan kaffarah (penebusan dosa)
terhadap dosa-dosa besar. Namun, kaffarah itu dijadikan untuk dosa-dosa
kecil (Lihat Jami'ul 'Ulum wal Hikam, syarh hadits no. 18, karya
al-Hafizh Ibnu Rajab al-Hanbali).
Puasa
Arafah untuk Selain yang Berada di Arafah
Kemudian,
bahwa disunnahkannya puasa Arafah ini berlaku bagi kaum muslimin yang tidak
wuquf di Arafah. Adapun bagi kaum muslimin yang wuquf di Arafah,
maka tidak berpuasa, sebagaimana hadits di bawah ini,
“Dari
Ummul Fadhl binti al-Harits, bahwa orang-orang berbantahan di dekatnya pada
hari Arafah tentang puasa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Sebagian mereka
mengatakan, 'Beliau berpuasa.' Sebagian lainnya mengatakan, 'Beliau tidak
berpuasa.' Maka Ummul Fadhl mengirimkan semangkok susu kepada beliau, ketika
beliau sedang berhenti di atas unta beliau, maka beliau meminumnya.” (HR.
Bukhari, no. 1988; Muslim, no. 1123).
5. Puasa Asy'suro & Tasu'a
Waktu : tanggal 9 dan 10
Muharam atau 10 dan 11 Muharam
Hikmah : menghapus dosa dosa
kecil setahun yang lalu .
Sebuah
hadits Abu Qatadah Radiyyallahu Anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah Sallallahu
alaihi Sallam bersabda : “Aku berdo’a pada Allah bahwa puasa pada hari Asyura
dapat menebus dosa tahun yang lalu.” Riwayat Imam Muslim, Al-Jami’-Us-Sahih
II/2602.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang puasa Asyura, maka beliau
menjawab: “Ia menghapuskan dosa tahun yang lalu.” (HR. Muslim (1162), Ahmad
5/296, 297).
Ibnu
Abbas menyatakan : “Saya tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam berpuasa pada suatu hari karena ingin mengejar keutamaanya selain hari ini (Asyura’) dan tidak pada suatu bulan selain
bulan ini (maksudnya: Ramadhan).” (HR. al-Bukhari (2006), Muslim (1132)).
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Puasa yang paling utama setelah
Ramadhan adalah bulan Allah yang bernama Muharram. (HR. Muslim,1163).
Juga,
“Abu Hurairah Radiyallahu Anhu meriwayatkan Rasulullah Sallallahu alaihi wa
Sallam bersabda : ” Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadan adalah puasa
pada bulan Muharam, sedang salat yang paling utama sesudah salat fardlu adalah sholat malam.” HR Muslim II/2611.
Dalam
hadits disebutkan bahwa para sahabat berkata kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam : “Wahai Rasulullah! sesungguhnya Asyura’ itu hari yang diagungkan oleh orang Yahudi dan Nasrani”, maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Tahun depan insya Allah kita akan puasa (juga) pada
hari yang kesembilan.” (HR. Muslim (1134) dari Ibnu Abbas).
Diperbolehkan
untuk puasa hari Asyura. (hari kesepuluh Muharram) satu hari saja, akan tetapi
hal itu menjadi lebih baik untuk puasa hari sebelumnya atau hari setelahnya
juga dan ini adalah Sunnah yang diajarkan Nabi (Salallaahu `Alaihi wa Sallam) yang bersabda : “Tahun depan
insya Allah kita akan puasa (juga) pada hari yang kesembilan.” (hari Muharam),
(Diriwayatkan oleh Imam Muslim (1134) dari Ibnu Abbas, Imam Ahmad, Ibn Majah,
Ibn Abi Syaibah, At-Tahawi, Al-Baihaqi dan Al-Baghawi]. Ibn ‘ Abbas (
radliyallaahu ‘ anhumaa) berkata : (bersama dengan hari yang kesepuluh (bulan muharam).
“Berpuasalah
pada hari Asyura’ dan selisihilah orang-orang Yahudi itu, berpuasalah sehari
sebelumnya atau sehari sesudahnya.” (Fathul Bari, 4/245), red)
Selain puasa2 sunnah
diatas masih ada puasa sunnah yang
lainnya seperti puasa N.Daud sehari puasa
sehari tidak kecuali 2 hari raya ( Idhul
Fitri dan Idhul Adha ) dan 3 hari tasyrik
.Puasa pada 10 hari pertama pada bulan
Dzulhijjah, puasa bulan Muharam dan puasa
bulan Sya’ban semua puasa sunnah itu ada
hikmahnya asal dijalani dengan ikhlas Lillah hita’alla
,artinya walaupun perut kosong jangan marah-marah,
jangan gibah, jangan bohong & jangan riya.
Puasa Ditinjau dari Segi Kesehatan menurut Para Ahli
Hal
ini juga diakui oleh beberapa orang ahli dari Barat yang non-muslim, seperti Allan
Cott M.D (Amerika), Dr. Yuri Nikolayev (Rusia) dan Alvenia M.
Fulton (Amerika).
Allan
Cott M.D bahkan telah membukukan beberapa hikmah dari puasa ke dalam sebuah
buku yang berjudul Why Fast?
Berikut
adalah beberapa hikmah dari puasa yang diambil dari buku Why Fast? :
- To feel better physically and mentally (merasa lebih baik secara fisik dan mental)
- To look and fell younger (supaya terlihat dan merasa lebih muda)
- To clean out the body (membersihkan badan)
- To lower blood pressure and cholesterol levels (menurunkan tekanan darah dan kadar lemak)
- To get more out of sex (lebih mampu mengendalikan sex)
- To let the body health itself (membuat tubuh sehat dengan sendirinya)
- To relieve tension (mengendorkan/melapaskan ketegangan jiwa)
- To sharp the senses (menajamkan fungsi indrawi)
- To gain control of oneself (memperoleh kemampuan mengendalikan diri sendiri)
- To slow the aging process (memperlambat proses penuaan)
Sementara
itu, Dr. Yuri Nikolayev berpendapat bahwa kemampuan puasa yang bisa membuat
seseorang menjadi awet muda adalah sebagai suatu penemuan terbesar abad ini.
Beliau mengatakan: “What do you think is the most important discovery in our
time? The radioactive watches? Exocet bombs? In my opinion the bigest discovery
of our time is the ability to make onself younger phisically, mentally and
spiritually through rational fasting.” (Menurut pendapat Anda, apakah penemuan terpenting pada abad ini? Jam
radioaktif? Bom exoset? Menurut pendapat saya, penemuan terbesar dalam abad ini
ialah kemampuan seseorang membuat dirinya tetap awet muda secara fisik, mental,
dan spiritual, melalui puasa yang rasional).
Alvenia
M. Fulton, Direktur Lembaga Makanan Sehat “Fultonia” di Amerika Serikat
menyatakan bahwa puasa adalah cara terbaik untuk memperindah dan mempercantik
perempuan secara alami. Puasa menghasilkan kelembutan pesona dan daya pikat.
Puasa menormalkan fungsi-fungsi kewanitaan dan membentuk kembali keindahan
tubuh (fasting is the ladies best beautifier, it brings grace charm and
poice, it normalizes female functions and reshapes the body contour).
Penutup
Ketiga
orang ahli tersebut yang notabene adalah non-muslim bahkan mengakui kehebatan
dari puasa. Mengapa kita yang muslim justru terkadang melalaikannya? Padahal
jelas sekali Rasulullah telah bersabda seperti di atas tersebut.
Mari
kita mulai berpuasa, jangan menunggu hingga Ramadhan tiba untuk berpuasa karena
belum tentu usia kita akan sampai ke Ramadhan mendatang. Mari kita mulai dengan
puasa sunnah minimal belajar puasa Senin-Kamis. Dan jangan lupa untuk sahur
dan berbuka mengikuti anjuran Rasulullah saw.
Bahan: Berbagai Sumber