Senin, 30 September 2013

Inilah 15 Ciri Pengikut Syi’ah di Indonesia

Indonesia tengah menjadi target Syi’ahisasi besar-besaran. Hingga kini banyak pengikutnya berada di berbagai wilayah Indonesia, terutama di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan.

Jumlah penganut Syiah di Indonesia Ketua Dewan Syura Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) Jalaluddin Rakhmat, pernah mengatakan kisaran jumlah penganut Syiah di Indonesia , “Perkiraan tertinggi, 5 juta orang. Tapi, menurut saya, sekitar 2,5 jiwa,” kata Kang Jalal, sapaan Jalaluddin Rakhmat. Pemeluk Syiah, kata Kang Jalal melanjutkan, sebagian besar ada di Bandung, Makassar, dan Jakarta. Selain itu, ada juga kelompok Syiah di Tegal, Jepara, Pekalongan, dan Semarang; Garut; Bondowoso, Pasuruan, dan Madura.

Diperkirakan, kebanyakan dari mereka sedang melakukan taqiyah dalam rangka melindungi diri dari kelompok Sunni. Taqiyah adalah kondisi luar seseorang dengan yang ada di dalam batinnya tidaklah sama. Memang taqiyah juga dikenal di kalangan Ahlus Sunnah. Hanya saja menurut Ahlus Sunnah, taqiyah digunakan untuk menghindarkan diri dari musuh-musuh Islam alias orang kafir atau ketika perang maupun kondisi yang sangat membahayakan orang Islam.

Sementara itu menurut Syi’ah bahwa Taqiyah wajib dilakukan. Jadi taqiyah adalah salah satu prinsip agama mereka. Taqiyah dilakukan kepada orang selain Syi’ah, seperti ungkapan bahwa Al Quran Syi’ah adalah sama dengan Al Quran Ahlus Sunnah. Padahal ungkapan ini hanyalah kepura-puraan mereka. Mereka juga bertaqiyah dengan pura-pura mengakui pemerintahan Islam selain Syi’ah.

Menurut Ali Muhammad Ash Shalabi, taqiyah dalam Syiah ada empat unsur pokok ajaran ; Pertama, Menampilkan hal yang berbeda dari apa yang ada dalam hatinya.  Kedua, taqiyah digunakan dalam berinteraksi dengan lawan-lawan Syiah. Ketiga, taqiyah berhubungan dengan perkara agama atau keyakinan yang dianut lawan-lawan. Keempat, digunakan di saat berada dalam kondisi mencemaskan
Menurut Syaikh Mamduh Farhan Al-Buhairi di Majalah Islam Internasional Qiblati, ciri-ciri pengikut Syi’ah sangat mudah dikenali, kita dapat memperhatikan sejumlah cirri-ciri berikut:
  1. Mengenakan songkok hitam dengan bentuk tertentu. Tidak seperti songkok yang dikenal umumnya masyarakat Indonesia, songkok mereka seperti songkok orang Arab hanya saja warnanya hitam.
  2. Tidak shalat jum’at. Meskipun shalat jumat bersama jamaah, tetapi dia langsung berdiri setelah imam mengucapkan salam. Orang-orang akan mengira dia mengerjakan shalat sunnah, padahal dia menyempurnakan shalat Zhuhur empar raka’at, karena pengikut Syi’ah tidak meyakini keabsahan shalat Jum’at kecuali bersama Imam yang ma’shum atau wakilnya.
  3. Pengikut Syi’ah juga tidak  akan mengakhiri shalatnya dengan mengucapkan salam yang dikenal kaum Muslimin, tetapi dengan memukul kedua pahanya beberapa kali.
  4. Pengikut Syi’ah jarang shalat jama’ah karena mereka tidak mengakui shalat lima waktu, tapi yang mereka yakini hanya tiga waktu saja.
  5. Mayoritas pengikut Syi’ah selalu membawa At-Turbah Al-Husainiyah yaitu batu/tanah (dari Karbala – redaksi) yang digunakan menempatkan kening ketika sujud bila mereka shalat tidak di dekat orang lain.
  6. Jika Anda perhatikan caranya berwudhu maka Anda akan dapati bahwa wudhunya sangat aneh, tidak seperti yang dikenal kaum Muslimin.
  7. Anda tidak akan mendapatkan penganut Syi’ah hadir dalam kajian dan ceramah Ahlus Sunnah.
  8. Anda juga akan melihat penganut Syi’ah banyak-banyak mengingat Ahlul Bait; Ali, Fathimah, Hasan dan Husain radhiyallahu anhum.
  9. Mereka juga tidak akan menunjukkan penghormatan kepada Abu Bakar, Umar, Utsman, mayoritas sahabat dan Ummahatul Mukminin radhiyallahu anhum.
  10. Pada bulan Ramadhan penganut Syi’ah tidak langsung berbuka puasa setelah Adzan maghrib; dalam hal ini Syi’ah berkeyakinan seperti Yahudi yaitu berbuka puasa jika bintang-bintang sudah nampak di langit, dengan kata lain mereka berbuka bila benar-benar sudah masuk waktu malam. (mereka juga tidak shalat tarwih bersama kaum Muslimin, karena menganggapnya sebagai bid’ah)
  11. Mereka berusaha sekuat tenaga untuk menanam dan menimbulkan fitnah antara jamaah salaf dengan jamaah lain, sementara itu mereka mengklaim tidak ada perselisihan antara mereka dengan jamaah lain selain salaf. Ini tentu tidak benar.
  12. Anda tidak akan mendapati seorang penganut Syi’ah memegang dan membaca Al-Qur’an kecuali jarang sekali, itu pun sebagai bentuk taqiyyah (kamuflase), karena Al-Qur’an yang benar menurut mereka yaitu al-Qur’an yang berada di tangan al-Mahdi yang ditunggu kedatangannya.
  13. Orang Syi’ah tidak berpuasa pada hari Asyura, dia hanya menampilkan kesedihan di hari tersebut.
  14. Mereka juga berusaha keras mempengaruhi kaum wanita khususnya para mahasiswi di perguruan tinggi atau di perkampungan sebagai langkah awal untuk memenuhi keinginannya melakukan mut’ah dengan para wanita tersebut bila nantinya mereka menerima agama Syi’ah. Oleh sebab itu Anda akan dapati;
  15. Orang-orang Syi’ah getol mendakwahi orang-orang tua yang memiliki anak putri, dengan harapan anak putrinya juga ikut menganut Syi’ah sehingga dengan leluasa dia bisa melakukan zina mut’ah dengan wanita tersebut baik dengan sepengetahuan ayahnya ataupun tidak. Pada hakikatnya ketika ada seorang yang ayah yang menerima agama Syi’ah, maka para pengikut Syi’ah yang lain otomatis telah mendapatkan anak gadisnya untuk dimut’ah. Tentunya setelah mereka berhasil meyakinkan bolehnya mut’ah. Semua kemudahan, kelebihan, dan kesenangan terhadap syahwat ini ada dalam diri para pemuda, sehingga dengan mudah para pengikut Syi’ah menjerat mereka bergabung dengan agama Syi’ah.
Ciri-ciri mereka sangat banyak. Selain yang kami sebutkan di atas masih banyak cirri-ciri lainnya, sehingga tidak mungkin bagi kita untuk menjelaskan semuanya di sini. Namun cara yang paling praktis ialah dengan memperhatikan raut wajah. Wajah mereka merah padam jika Anda mencela Khomeini dan Sistani, tapi bila Anda menghujat Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah dan Hafshah, atau sahabat-sahabat lainnya radhiyallahu anhum tidak ada sedikitpun tanda-tanda kegundahan di wajahnya.

Akhirnya, dengan hati yang terang Ahlus Sunnah dapat mengenali pengikut Syi’ah dari wajah hitam mereka karena tidak memiliki keberkahan, jika Anda perhatikan wajah mereka maka Anda akan membuktikan kebenaran penilaian ini, dan inilah hukuman bagi siapa saja yang mencela dan menyepelekan para sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan para ibunda kaum Muslimin radhiyallahu anhunn yang dijanjikan surga oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita memohon hidayah kepada Allah untuk kita dan mereka semua.
Wallahu a’lam.

Sumber: Fimadani

Jumat, 13 September 2013

Hal-Hal yang Harus Diketahui Oleh Setiap Muslimah

Kebanyakan saudari muslimah secara tidak sadar atau karena belum tahu hukumnya dalam Islam, melakukan hal-hal yang tidak sesuai syariat Islam. Hal-hal yang dilarang keras bahkan pelakunya diancam siksaan yang pedih. Padahal Allah sudah memberikan tuntunan dan peringatan serta balasan atas perbuatan yang dilakukan. Dalam tulisan ini akan kami jelaskan beberapa hal yang sangat penting untuk diketahui kemudian dilaksanakan oleh setiap wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir dalam kehidupan mereka sehari-hari, hal-hal tersebut diantaranaya:

1.  Kewajiban memakai Jilbab
 
Masih saja ada yang menanyakan(menyangsikan) kewajiban berjilbab. Padahal dasar hukumnya sudah jelas yaitu:
  • Surat Al-Ahzab ayat 59 (33:59): Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan hijab keseluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebihi mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
  •  Surat An-Nuur: ayat 31 (24:31): Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasanny, kecuali yang biasa tampak padanya. Dan hendaklah mereka menutup kain kudung kedadanya dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putri mereka atau putra-putri suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau buda-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan lelaki yang tidak mempunyai keinginan terhadap wanita, atau anak-anak yang belum mengerti aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah hai orang-orang beriman supaya kamu beruntung ”
“(Ini adalah) satu surat yang kami turunkan dan kami wajibkan (menjalankan hukum-hukum yang ada di dalam)nya, dan kami turunkan di dalamnya ayat ayat yang jelas, agar kamu selalu mengingatinya”. (An-Nuur:1)
Ayat pertama Surat An-Nuur yang mendahului ayat-ayat yang lain. Yang berarti hukum-hukum yang berada di surat itu wajib hukumnya.
  • Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata dalam Tafsirnya:
“Janganlah kaum wanita menampakkan sedikitpun dari perhiasan mereka kepada pria-pria ajnabi (yang bukan mahram/halal nikah), kecuali yang tidak mungkin disembunyikan.”
  • Ibnu Masud berkata : Misalnya selendang dan kain lainnya. “Maksudnya adalah kain kudung yang biasa dikenakan oleh wanita Arab di atas pakaiannya serat bagian bawah pakiannya yang tampak, maka itu bukan dosa baginya, karena tidak mungkin disembunyikan.”
  • Al-Qurthubi berkata: Pengecualian itu adalah pada wajah dan telapak tangan. Yang menunjukkan hal itu adalah apa yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Aisyah bahwa Asma binti Abu Bakr menemui Rasulullah shalallohu ‘alahi wa sallam sedangkan ia memakai pakaian tipis. Maka Rasulullah berpaling darinya dan berkata kepadanya : “Wahai Asma! Sesungguhnya jika seorang wanita itu telah mencapai masa haid, tidak baik jika ada bagian tubuhnya yang terlihat, kecuali ini.” Kemudian beliau menunjuk wajah dan telapak tangannya. Semoga Allah memberi Taufik dan tidak ada Rabb selain-Nya.”
  • Juga berdasarkan sabda Nabi shalallohu ‘alahi wa sallam:
“Ada tida golongan yang tidak akan ditanya yaitu, seorang laki-laki yang meninggalkan jamaah kaum muslimin dan mendurhakai imamnya (penguasa) serta meninggal dalam keadaan durhaka, seorang budak wanita atau laki-laki yang melarikan diri (dari tuannya) lalu ia mati, serta seorang wanita yang ditinggal oleh suaminya, padahal suaminya telah mencukupi keperluan duniawinya, namun setelah itu ia bertabarruj. Ketiganya itu tidak akan ditanya.” (Ahmad VI/19; Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad).
Tabarruj adalah perilaku wanita yang menampakkan perhiasan dan kecantikannya serta segala sesuatu yang wajib ditutup karena dapat membangkitkan syahwat laki-laki. (Fathul Bayan VII/19).

Masihkah menyangsikan kewajiban mamakai Jilbab?

2.   Menggunjing, Gosip = Ghibah.

Maaf saudari muslimah, ini juga sangat2 sering dilakukan tanpa sadar. Begitu saja terjadi dan tiak terasa bahwa itu salah satu dosa, karena begitu biasanya. Definisi ghibah dapat kita lihat dalam hadits Rasulullah berikut ini:
“Ghibah ialah engkau menceritakan saudaramu tentang sesuatu yang ia benci.” Si penanya kembali bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah pendapatmu bila apa yang diceritakan itu benar ada padanya ?” Rasulullah menjawab, “kalau memang benar ada padanya, itu ghibah namanya. Jika tidak benar, berarti engkau telah berbuat buhtan (mengada-ada).” (HR. Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ahmad).

Berdasarkan hadits di atas telah jelas bahwa definisi ghibah yaitu menceritakan tentang diri saudara kita sesuatu yang ia benci meskipun hal itu benar. Ini berarti kita menceritakan dan menyebarluaskan keburukan dan aib saudara kita kepada orang lain. Allah sangat membenci perbuatan ini dan mengibaratkan pelaku ghibah seperti seseorang yang memakan bangkai saudaranya sendiri. Allah berfirman:

” Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat: 12)

3.  Menjaga Suara

Suara empuk dan tawa canda seorang wanita terlalu sering kita dengarkan di sekitar kita, baik secara langsung atau lewat radio dan televisi. Terlebih lagi bila wanita itu berprofesi sebagai penyiar atau MC karena memang termasuk modal utamanya adalah suara yang indah dan merdu. Begitu mudahnya wanita memperdengarkan suaranya yang bak buluh perindu, tanpa ada rasa takut kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Padahal Dia telah memperingatkan:

“Maka janganlah kalian merendahkan suara dalam berbicara sehingga berkeinginan jeleklah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang ma‘ruf.” (Al Ahzab: 32)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga telah bersabda : “Wanita itu adalah aurat, apabila ia keluar rumah maka syaitan menghias-hiasinya (membuat indah dalam pandangan laki-laki sehingga ia terfitnah)”. (HR. At Tirmidzi, dishahihkan dengan syarat Muslim oleh Asy Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi`i dalam Ash Shahihul Musnad, 2/36).

Sebagai muslimah harus menjaga suara saat berbicara dalam batas kewajaran bukan sengaja dibikin mendesah-desah, mendayu-dayu, merayu, dan semisalnya. Wallahu a’lam

4.  Mencukur alis mata.

Abdullah bin Mas’ud RadhiyAllohu ‘anhu, dia berkata:
“Alloh Subhanahu wa Ta’ala melaknat wanita yang mencukur alisnya dan wanita yang minta dicukurkan alisnya, wanita yang minta direnggangkan giginya untuk mempercantik diri, yang mereka semua merubah ciptaan Alloh”.

Mencukur alis atau menipiskannya, baik dilakukan oleh wanita yang belum menikah atau sudah menikah, dengan alasan mempercantik diri untuk suami atau lainnya tetap diharamkan, sekalipun disetujui oleh suaminya. Karena yang demikian termasuk merubah penciptaan Allah yang telah menciptakannya dalam bentuk yang sebaik- baiknya. Dan telah datang ancaman yang keras serta laknat bagi pelakunya. Ini menunjukkan bahwa perbuatan tersebut adalah haram.

5.  Memakai Wangi-wangian: Dari Abu Musa Al-Asyari bahwasannya ia berkata: Rasulullah shalallohu ‘alahi wa sallam bersabda:

“Siapapun wanita yang memakai wewangian, lalu ia melewati kaum laki-laki agar mereka mendapatkan baunya, maka ia adalah pezina.” (Al-Hakim II/396 dan disepakati oleh Adz-Dzahabi).
Dari Zainab Ats-Tsaqafiyah bahwasannya Nabi bersabda shalallohu ‘alahi wa sallam:
“Jika salah seorang diantara kalian (kaum wanita) keluar menuju masjid, maka jangan sekali-kali mendekatinya dengan (memakai) wewangian.” (Muslim dan Abu Awanah).
Dari Musa bin Yasar dari Abu Hurairah: Bahwa seorang wanita berpapasan dengannya dan bau wewangian tercium olehnya. Maka Abu Hurairah berkata :

Wahai hamba Allah ! Apakah kamu hendak ke masjid ? Ia menjawab : Ya. Abu Hurairah kemudian berkata : Pulanglah saja, lalu mandilah ! karena sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah bersabda : “Jika seorang wanita keluar menuju masjid sedangkan bau wewangian menghembus maka Allah tidak menerima shalatnya, sehingga ia pulang lagi menuju rumahnya lalu mandi.” (Al-Baihaqi III/133).

Alasan pelarangannya sudah jelas, yaitu bahwa hal itu akan membangkitkan nafsu birahi. Ibnu Daqiq Al-Id berkata :

“Hadits tersebut menunjukkan haramnya memakai wewangian bagi wanita yang hendak keluar menuju masjid, karena hal itu akan dapat membangkitkan nafsu birahi kaum laki-laki” (Al-Munawi : Fidhul Qadhir).

Syaikh Albani mengatakan: Jika hal itu saja diharamkan bagi wanita yang hendak keluar menuju masjid, lalu apa hukumnya bagi yang hendak menuju pasar, atau tempat keramaian lainnya ? Tidak diragukan lagi bahwa hal itu jauh lebih haram dan lebih besar dosanya. Berkata Al-Haitsami dalam AZ-Zawajir II/37

“Bahwa keluarnya seorang wanita dari rumahnya dengan memakai wewangian dan berhias adalah termasuk perbuatan dosa besar meskipun suaminya mengizinkan”.

Selanjutnya tentang pakaian seorang muslimah. Fenomena jilbab sangat bagus saat ini, tetapi sangat disayangkan dalam pelaksanaannya masih jauh dari yang disyariatkan, jilbab gaul istilahnya.

6.  Memakai Pakaian transparan dan membentuk tubuh/ketat

Sebab yang namanya menutup itu tidak akan terwujud kecuali tidak trasparan. Jika transparan, maka hanya akan mengundang fitnah (godaan) dan berarti menampakkan perhiasan. Dalam hal ini Rasulullah telah bersabda : “Pada akhir umatku nanti akan ada wanita-wanita yang berpakain namun (hakekatnya) telanjang. Di atas kepala mereka seperti punuk unta. Kutuklah mereka karena sebenarnya mereka adalah kaum wanita yang terkutuk.” (At-Thabrani Al-Mujamusshaghir : 232).

Di dalam hadits lain terdapat tambahan yaitu : “Mereka tidak akan masuk surga dan juga tidak akan mencium baunya, padahal baunya surga itu dapat dicium dari perjalanan sekian dan sekian.” (HR.Muslim).

Ibnu Abdil Barr berkata : “Yang dimaksud oleh Nabi adalah kaum wanita yang mengenakan pakaian yang tipis, yang dapat mensifati (menggambarkan) bentuk tubuhnya dans tidak dapat menutup atau menyembunyikannya. Mereka itu tetap berpakaian namanya, akan tetapi hakekatnya telanjang.”(Tanwirul Hawalik III/103).

Dari Abdullah bin Abu Salamah, bahawsanya Umar bin Al-Khattab pernah memakai baju Qibtiyah (jenis pakaian dari Mesir yang tipis dan berwarna putih) kemudian Umar berkata :“Jangan kamu pakaikan baju ini untuk istri-istrimu !. Seseorang kemudian bertanya : Wahai Amirul Muminin, Telah saya pakaikan itu kepada istriku dan telah aku lihat di rumah dari arah depan maupun belakang, namun aku tidak melihatnya sebagai pakaian yang tipis !. Maka Umar menjawab : Sekalipun tidak tipis,namun ia menggambarkan lekuk tubuh.” (H.R. Al-Baihaqi II/234-235).

Usamah bin Zaid pernah berkata: Rasulullah shalallohu ‘alahi wa sallam pernah memberiku baju Qibtiyah yang tebal yang merupakan baju yang dihadiahkan oleh Dihyah Al-Kalbi kepada beliau. Baju itu pun aku pakaikan pada istriku. Nabi bertanya kepadaku: “Mengapa kamu tidak mengenakan baju Qibtiyah ?” Aku menjawab : Aku pakaikan baju itu padaistriku. Nabi lalu bersabda : “Perintahkan ia agar mengenakan baju dalam di balik Qibtiyah itu, karena saya khawatir baju itu masih bisa menggambarkan bentuk tulangnya.” (Ad-Dhiya Al-Maqdisi : Al-Hadits Al-Mukhtarah I/441).

Aisyah pernah berkata: ” Seorang wanita dalam shalat harus mengenakan tiga pakaian : Baju, jilbab dan khimar. Adalah Aisyah pernah mengulurkan izar-nya (pakaian sejenis jubah) dan berjilbab dengannya (Ibnu Sad VIII/71).

Pendapat yang senada juga dikatakan oleh Ibnu Umar : Jika seorang wanita menunaikan shalat, maka ia harus mengenakan seluruh pakainnya : Baju, khimar dan milhafah (mantel)” (Ibnu Abi Syaibah: Al-Mushannaf II:26/1).

7.  Memakai Pakaian menyerupai pakaian Laki-laki.

Karena ada beberapa hadits shahih yang melaknat wanita yang menyerupakan diri dengan kaum pria, baik dalam hal pakaian maupun lainnya. Dari Abu Hurairah berkata:“Rasulullah melaknat pria yang memakai pakaian wanita dan wanita yang memakai pakaian pria” (Al-Hakim IV/19 disepakati oleh Adz-Dzahabi).

Dari Abdullah bin Amru yang berkata: Saya mendengar Rasulullah shalallohu ‘alahi wa sallam bersabda: “Tidak termasuk golongan kami para wanita yang menyerupakan diri dengan kaum pria dan kaum pria yang menyerupakan diri dengan kaum wanita.” (Ahmad II/199-200)

Dari Ibnu Abbas yang berkata: Nabi shalallohu ‘alahi wa sallam melaknat kaum pria yang bertingkah kewanita-wanitaan dan kaum wanita yang bertingkah kelaki-lakian. Beliau bersabda : “Keluarkan mereka dari rumah kalian. Nabi pun mengeluarkan si fulan dan Umar juga mengeluarkan si fulan.”

Dalam lafadz lain : “Rasulullah melaknat kaum pria yang menyerupakan diri dengan kaum wanita dan kaum wanita yang menyerupakan diri dengan kaum pria.” (Al-Bukhari X/273-274).

Dari Abdullah bin Umar, Rasulullah shalallohu ‘alahi wa sallam bersabda:
“Tiga golongan yang tidak akan masuk surga dan Allah tidak akan
memandang mereka pada hari kiamat; Orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, wanita yang bertingkah kelaki-lakian dan menyerupakan diri dengan laki-laki dan dayyuts (orang yang tidak memiliki rasa cemburu).” (Al-Hakim I/72 dan IV/146-147 disepakati Adz-Dzahabi).

Dalam hadits-hadits ini terkandung petunjuk yang jelas mengenai diharamkannya tindakan wanita menyerupai kaum pria, begitu pula sebaiknya. Ini bersifat umum, meliputi masalah pakaian dan lainnya, kecuali hadits yang pertama yang hanya menyebutkan hukum dalam masalah pakaian saja.

8.  Memakai Pakaian menyerupai pakaian Wanita Kafir

Syariat Islam telah menetapkan bahwa kaum muslimin (laki-laki maupun perempuan) tidak boleh bertasyabuh (menyerupai) kepada orang-orang kafir, baik dalam ibadah, ikut merayakan hari raya, dan berpakain khas mereka. Dalilnya Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala surat Al-Hadid ayat 16, yang artinya :

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka) dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik (Al-Hadid:16).”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam surat Al-Hadid ayat 16, yang artinya:
 
“Janganlah mereka seperti…” merupakan larangan mutlak dari tindakan menyerupai mereka, di samping merupakan larangan khusus dari tindakan menyerupai mereka dalam hal membatunya hati akibat kemaksiatan (Al-Iqtidha… hal. 43).

Ibnu Katsir berkata ketika menafsirkan ayat ini (IV/310): Karena itu Allah Subhanahu Wa Ta’ala melarang orang-orang beriman menyerupai mereka dalam perkara-perkara pokok maupun cabang. Allah berfirman :

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan (kepada Muhammad).“Raaina” tetapi katakanlah “Unzhurna” dan dengarlah. Dan bagi orang-orang yang kafir siksaan yang pedih” (Q.S.Al-baqarah:104).

Lebih lanjut Ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya (I/148): Allah melarang hamba-hamba-Nya yang beriman untuk mnyerupai ucapan-ucapan dan tindakan-tindakan orang-orang kafir. Sebab, orang-orang Yahudi suka menggunakan plesetan kata dengan tujuan mengejek.

Jika mereka ingin mengatakan “Dengarlah kami” mereka mengatakan “Raaina” sebagai plesetan kata “ruunah” (artinya ketotolan) sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 46. Allah juga telah memberi tahukan dalam surat Al-Mujadalah ayat 22, bahwa tidak ada seorang mu’min yang mencintai orang-orang kafir. Barangsiapa yang mencintai orang-orang kafir, maka ia bukan orang mu’min, sedangkan tindakan menyerupakan diri secara lahiriah merupakan hal yang dicurigai sebagai wujud kecintaan, oleh karena itu diharamkan.
 
Sumber:
1.     mediamuslim.info
2.     vbaitullah.com

Apa Perbedaan antara Ahlussunnah dengan Syiah

Banyak orang yang menyangka bahwa perbedaan antara Ahlussunnah Waljamaah dengan Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah) dianggap sekedar dalam masalah khilafiyah Furu’iyah, seperti perbedaan antara NU dengan Muhammadiyah, antara Madzhab Safi’i dengan Madzhab Maliki.

Karenanya dengan adanya ribut-ribut masalah Sunni dengan Syiah, mereka berpendapat agar perbedaan pendapat tersebut tidak perlu dibesar-besarkan. Selanjutnya mereka berharap, apabila antara NU dengan Muhammadiyah sekarang bisa diadakan pendekatan-pendekatan demi Ukhuwah Islamiyah, lalu mengapa antara Syiah dan Sunni tidak dilakukan ?.

Oleh karena itu, disaat Muslimin bangun melawan serangan Syiah, mereka menjadi penonton dan tidak ikut berkiprah.

Apa yang mereka harapkan tersebut, tidak lain dikarenakan minimnya pengetahuan mereka mengenai aqidah Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah). Sehingga apa yang mereka sampaikan hanya terbatas pada apa yang mereka ketahui.

Semua itu dikarenakan kurangnya informasi pada mereka, akan hakikat ajaran Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah). Disamping kebiasaan berkomentar, sebelum memahami persoalan yang sebenarnya.

Sedangkan apa yang mereka kuasai, hanya bersumber dari tokoh-tokoh Syiah yang sering berkata bahwa perbedaan Sunni dengan Syiah seperti perbedaan antara Madzhab Maliki dengan Madzahab Syafi’i.

Padahal perbedaan antara Madzhab Maliki dengan Madzhab Syafi’i, hanya dalam masalah Furu’iyah saja. Sedang perbedaan antara Ahlussunnah Waljamaah dengan Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah), maka perbedaan-perbedaannya disamping dalam Furuu’ juga dalam Ushuul.

Rukun Iman mereka berbeda dengan rukun Iman kita, rukun Islamnya juga berbeda, begitu pula kitab-kitab hadistnya juga berbeda, bahkan sesuai pengakuan sebagian besar ulama-ulama Syiah, bahwa Al-Qur’an mereka juga berbeda dengan Al-Qur’an kita (Ahlussunnah).

Apabila ada dari ulama mereka yang pura-pura (taqiyah) mengatakan bahwa Al-Qur’annya sama, maka dalam menafsirkan ayat-ayatnya sangat berbeda dan berlainan.
Sehingga tepatlah apabila ulama-ulama Ahlussunnah Waljamaah mengatakan : Bahwa Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah) adalah satu agama tersendiri.

Melihat pentingnya persoalan tersebut, maka di bawah ini kami nukilkan sebagian dari perbedaan antara aqidah Ahlussunnah Waljamaah dengan aqidah Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah).

1. Ahlussunnah:

Rukun Islam kita ada 5 (lima)
a) Syahadatain
b) As-Sholah
c) As-Shoum
d) Az-Zakah
e) Al-Haj

Syiah:

Rukun Islam Syiah juga ada 5 (lima) tapi berbeda:
a) As-Sholah
b) As-Shoum
c) Az-Zakah
d) Al-Haj
e) Al wilayah

2. Ahlussunnah:

Rukun Iman ada 6 (enam) :
a) Iman kepada Allah
b) Iman kepada Malaikat-malaikat Nya
c) Iman kepada Kitab-kitab Nya
d) Iman kepada Rasul Nya
e) Iman kepada Yaumil Akhir / hari kiamat
f) Iman kepada Qadar, baik-buruknya dari Allah.

Syiah:

Rukun Iman Syiah ada 5 (lima)*
a) At-Tauhid
b) An Nubuwwah
c) Al Imamah
d) Al Adlu
e) Al Ma’ad

3. Ahlussunnah:

Dua kalimat syahadat

Syiah:

Tiga kalimat syahadat, disamping Asyhadu an Laailaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah, masih ditambah dengan menyebut dua belas imam-imam mereka.

4. Ahlussunnah:

Percaya kepada imam-imam tidak termasuk rukun iman. Adapun jumlah imam-imam Ahlussunnah tidak terbatas. Selalu timbul imam-imam, sampai hari kiamat.
Karenanya membatasi imam-imam hanya dua belas (12) atau jumlah tertentu, tidak dibenarkan.

Syiah:

Percaya kepada dua belas imam-imam mereka, termasuk rukun iman. Karenanya orang-orang yang tidak beriman kepada dua belas imam-imam mereka (seperti orang-orang Sunni), maka menurut ajaran Syiah dianggap kafir dan akan masuk neraka.

5. Ahlussunnah:

Khulafaurrosyidin yang diakui (sah) adalah :
a) Abu Bakar
b) Umar
c) Utsman
d) Ali Radhiallahu anhum

Syiah:
Ketiga Khalifah (Abu Bakar, Umar, Utsman) tidak diakui oleh Syiah. Karena dianggap telah merampas kekhalifahan Ali bin Abi Thalib (padahal Imam Ali sendiri membai’at dan mengakui kekhalifahan mereka).

6. Ahlussunnah:
Khalifah (Imam) adalah manusia biasa, yang tidak mempunyai sifat Ma’shum.
Berarti mereka dapat berbuat salah/ dosa/ lupa. Karena sifat Ma’shum, hanya dimiliki oleh para Nabi.

Syiah:

Para imam yang jumlahnya dua belas tersebut mempunyai sifat Ma’’hum, seperti para Nabi.

7. Ahlussunnah:

Dilarang mencaci-maki para sahabat.

Syiah:

Mencaci-maki para sahabat tidak apa-apa bahkan Syiah berkeyakinan, bahwa para sahabat setelah Rasulullah SAW wafat, mereka menjadi murtad dan tinggal beberapa orang saja. Alasannya karena para sahabat membai’at Sayyidina Abu Bakar sebagai Khalifah.

8. Ahlussunnah:

Siti Aisyah istri Rasulullah sangat dihormati dan dicintai. Beliau adalah Ummul Mu’minin.

Syiah:

Siti Aisyah dicaci-maki, difitnah, bahkan dikafirkan.

9. Ahlussunnah:

Kitab-kitab hadits yang dipakai sandaran dan rujukan Ahlussunnah adalah Kutubussittah:
a) Bukhari
b) Muslim
c) Abu Daud
d) Turmudzi
e) Ibnu Majah
f) An Nasa’i
(kitab-kitab tersebut beredar dimana-mana dan dibaca oleh kaum Muslimin sedunia).
 
Syiah:

Kitab-kitab Syiah ada empat:
a) Al Kaafi
b) Al Istibshor
c) Man Laa Yahdhuruhu Al Faqih
d) Att Tahdziib
(Kitab-kitab tersebut tidak beredar, sebab kebohongannya takut diketahui oleh pengikut-pengikut Syiah).

10. Ahlussunnah:

Al-Qur’an tetap orisinil

Syiah
 
Al-Qur’an yang ada sekarang ini menurut pengakuan ulama Syiah tidak orisinil. Sudah dirubah oleh para sahabat (dikurangi dan ditambah).

11. Ahlussunnah:

Surga diperuntukkan bagi orang-orang yang taat kepada Allah dan Rasul Nya.
Neraka diperuntukkan bagi orang-orang yang tidak taat kepada Allah dan Rasul Nya.

Syiah:

Surga diperuntukkan bagi orang-orang yang cinta kepada Imam Ali, walaupun orang tersebut tidak taat kepada Rasulullah.
Neraka diperuntukkan bagi orang-orang yang memusuhi Imam Ali, walaupun orang tersebut taat kepada Rasulullah.

12. Ahlussunnah:

Aqidah Raj’ah tidak ada dalam ajaran Ahlussunnah. Raj’ah adalah besok di akhir zaman sebelum kiamat, manusia akan hidup kembali. Dimana saat itu Ahlul Bait akan balas dendam kepada musuh-musuhnya.

Syiah:

Raj’ah adalah salah satu aqidah Syiah. Dimana diceritakan : bahwa nanti di akhir zaman, Imam Mahdi akan keluar dari persembunyiannya. Kemudian dia pergi ke Madinah untuk membangunkan Rasulullah, Imam Ali, Siti Fatimah serta Ahlul Bait yang lain.
Setelah mereka semuanya bai’at kepadanya, diapun selanjutnya membangunkan Abu Bakar, Umar, Aisyah. Kemudian ketiga orang tersebut disiksa dan disalib, sampai mati seterusnya diulang-ulang sampai ribuan kali. Sebagai balasan atas perbuatan jahat mereka kepada Ahlul Bait.

Keterangan:

Orang Syiah mempunyai Imam Mahdi sendiri. Berlainan dengan Imam Mahdinya Ahlussunnah, yang akan membawa keadilan dan kedamaian.

13. Ahlussunnah:

Mut’ah (kawin kontrak), sama dengan perbuatan zina dan hukumnya haram.

Syiah:

Mut’ah sangat dianjurkan dan hukumnya halal. Halalnya Mut’ah ini dipakai oleh golongan Syiah untuk mempengaruhi para pemuda agar masuk Syiah. Padahal haramnya Mut’ah juga berlaku di zaman Khalifah Ali bin Abi Thalib.

14. Ahlussunnah:

Khamer/ arak tidak suci.

Syiah:

Khamer/ arak suci.

15. Ahlussunnah:

Air yang telah dipakai istinja’ (cebok) dianggap tidak suci.

Syiah:

Air yang telah dipakai istinja’ (cebok) dianggap suci dan mensucikan.

16. Ahlussunnah:

Diwaktu shalat meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri hukumnya sunnah.

Syiah:

Diwaktu shalat meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri membatalkan shalat.

17. Ahlussunnah:

Mengucapkan Amin di akhir surat Al-Fatihah dalam shalat adalah sunnah.

Syiah:

Mengucapkan Amin di akhir surat Al-Fatihah dalam shalat dianggap tidak sah/ batal shalatnya.
(Jadi shalatnya Muslimin di seluruh dunia dianggap tidak sah, karena mengucapkan Amin dalam shalatnya).

18. Ahlussunnah:

Shalat jama’ diperbolehkan bagi orang yang bepergian dan bagi orang yang mempunyai udzur syar’i.
 
Syiah:

Shalat jama’ diperbolehkan walaupun tanpa alasan apapun.

19. Ahlussunnah:

Shalat Dhuha disunnahkan.

Syiah:

Shalat Dhuha tidak dibenarkan.
(padahal semua Auliya’ dan salihin melakukan shalat Dhuha).
Demikian telah kami nukilkan perbedaan-perbedaan antara aqidah Ahlussunnah Waljamaah dan aqidah Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah). Sengaja kami nukil sedikit saja, sebab apabila kami nukil seluruhnya, maka akan memenuhi halaman-halaman buku ini.

Harapan kami semoga pembaca dapat memahami benar-benar perbedaan-perbedaan tersebut. Selanjutnya pembaca yang mengambil keputusan (sikap).

Masihkah mereka akan dipertahankan sebagai Muslimin dan Mukminin ? (walaupun dengan Muslimin berbeda segalanya).

Sebenarnya yang terpenting dari keterangan-keterangan di atas adalah agar masyarakat memahami benar-benar, bahwa perbedaan yang ada antara Ahlussunnah dengan Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah) itu, disamping dalam Furuu’ (cabang-cabang agama) juga dalam Ushuul (pokok/ dasar agama).

Apabila tokoh-tokoh Syiah sering mengaburkan perbedaan-perbedaan tersebut, serta memberikan keterangan yang tidak sebenarnya, maka hal tersebut dapat kita maklumi, sebab mereka itu sudah memahami benar-benar, bahwa Muslimin Indonesia tidak akan terpengaruh atau tertarik pada Syiah, terkecuali apabila disesatkan (ditipu).

Oleh karena itu, sebagian besar orang-orang yang masuk Syiah adalah orang-orang yang tersesat, yang tertipu oleh bujuk rayu tokoh-tokoh Syiah.

Akhirnya, setelah kami menyampaikan perbedaan-perbedaan antara Ahlussunnah dengan Syiah, maka dalam kesempatan ini kami menghimbau kepada Alim Ulama serta para tokoh masyarakat, untuk selalu memberikan penerangan kepada umat Islam mengenai kesesatan ajaran Syiah. Begitu pula untuk selalu menggalang persatuan sesama Ahlussunnah dalam menghadapi rongrongan yang datangnya dari golongan Syiah. Serta lebih waspada dalam memantau gerakan Syiah di daerahnya. Sehingga bahaya yang selalu mengancam persatuan dan kesatuan bangsa kita dapat teratasi.

Selanjutnya kami mengharap dari aparat pemerintahan untuk lebih peka dalam menangani masalah Syiah di Indonesia. Sebab bagaimanapun, kita tidak menghendaki apa yang sudah mereka lakukan, baik di dalam negri maupun di luar negri, terulang di negara kita.
Semoga Allah selalu melindungi kita dari penyesatan orang-orang Syiah dan aqidahnya. Amin.
Sebagai bangsa dengan penduduk mayoritas beragama Islam dan para pemimpinnya pun banyak yang Muslim harusnya merasa malu, pasalnya hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) mengungkapkan bahwa hanya sedikit dari kaum muda Islam Indonesia yang melaksanakan salat lima waktu.
“Ini merupakan warning. Karena itu, para orangtua dan guru-guru untuk mendorong anak-anak muda generasi melaksanakan salat lima waktu karena bagaimana pun salat ini merupakan kewajiban,” papar Suryadharma di Kantor Kemenag, Jakarta.
Sebelumnya, LSI bekerjasama dengan Goethe Institute Friedrich Naumann Stiftung dan Fur Die Freiheit, menyebutkan hasil surveinya, bahwa kaum muda Islam Indonesia yang selalu menunaikan salat lima waktu hanya 28,7 persen, sedang yang sering salat lima waktu sebesar 30,2 persen.
Sementara itu, 59,6 persen menyatakan selalu berpuasa pada bulan Ramadhan. Ketika ditanya mengenai penguasaan Al-Qur’an hanya 11,7 persen memahami sebagian besar isi kitab suci agama Islam itu.
Menurut Suryadharma masalah ketaatan menjalankan perintah agama, memang suatu yang gampang-gampang susah, dan hal tersebut tidak bisa dijadikan sebagai kelalaian atau ketidakpedulian negara semata.
Sayangnya kemenag berkelit dengan mengatakan bahwa “masalah ibadah shalat dan membaca Al Qur’an lebih bersifat pribadi, maka justru peran orang tua sebagai pemberi contoh yang utama,”.
Sungguh Ironi melihat bangsa ini, pelaksanaan shalat yang menjadi kewajiban bagi seluruh Muslim, baik pribadi, orang tua, maupun masyarakat, memang tetap harus dikontrol pelaksanaannya oleh pemimpin (yang notabene Muslim juga).
Inilah salah satu dampak sekularisme sistem negara, dimana agama tidak dijadikan sebagai prioritas  utama dalam segi kehidupan, maka kehidupan yang berjalan pun makin acak adut. Peradilan, hukum, pendidikan, moral, ekonomi semua hanya memperlihatkan wajah kebobrokan bangsa yang menolak Syariat Islam
- See more at: http://www.arrahmah.com/read/2011/06/18/13431-astagfirullah-mayoritas-kaum-muda-muslim-di-indonesia-tidak-shalat-lima-waktu.html#sthash.9qvozZw5.dpuf
Sebagai bangsa dengan penduduk mayoritas beragama Islam dan para pemimpinnya pun banyak yang Muslim harusnya merasa malu, pasalnya hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) mengungkapkan bahwa hanya sedikit dari kaum muda Islam Indonesia yang melaksanakan salat lima waktu.
“Ini merupakan warning. Karena itu, para orangtua dan guru-guru untuk mendorong anak-anak muda generasi melaksanakan salat lima waktu karena bagaimana pun salat ini merupakan kewajiban,” papar Suryadharma di Kantor Kemenag, Jakarta.
Sebelumnya, LSI bekerjasama dengan Goethe Institute Friedrich Naumann Stiftung dan Fur Die Freiheit, menyebutkan hasil surveinya, bahwa kaum muda Islam Indonesia yang selalu menunaikan salat lima waktu hanya 28,7 persen, sedang yang sering salat lima waktu sebesar 30,2 persen.
Sementara itu, 59,6 persen menyatakan selalu berpuasa pada bulan Ramadhan. Ketika ditanya mengenai penguasaan Al-Qur’an hanya 11,7 persen memahami sebagian besar isi kitab suci agama Islam itu.
Menurut Suryadharma masalah ketaatan menjalankan perintah agama, memang suatu yang gampang-gampang susah, dan hal tersebut tidak bisa dijadikan sebagai kelalaian atau ketidakpedulian negara semata.
Sayangnya kemenag berkelit dengan mengatakan bahwa “masalah ibadah shalat dan membaca Al Qur’an lebih bersifat pribadi, maka justru peran orang tua sebagai pemberi contoh yang utama,”.
Sungguh Ironi melihat bangsa ini, pelaksanaan shalat yang menjadi kewajiban bagi seluruh Muslim, baik pribadi, orang tua, maupun masyarakat, memang tetap harus dikontrol pelaksanaannya oleh pemimpin (yang notabene Muslim juga).
Inilah salah satu dampak sekularisme sistem negara, dimana agama tidak dijadikan sebagai prioritas  utama dalam segi kehidupan, maka kehidupan yang berjalan pun makin acak adut. Peradilan, hukum, pendidikan, moral, ekonomi semua hanya memperlihatkan wajah kebobrokan bangsa yang menolak Syariat Islam
- See more at: http://www.arrahmah.com/read/2011/06/18/13431-astagfirullah-mayoritas-kaum-muda-muslim-di-indonesia-tidak-shalat-lima-waktu.html#sthash.9qvozZw5.dpuf

Rabu, 11 September 2013

Survey sholat dan baca quran pemuda Indonesia

Survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) bersama Goethe Institute menunjukkan kaum muda muslim cukup rendah dalam menjalankan kewajiban salat 5 waktu dan membaca Al Quran. Namun, mereka menjunjung tinggi nilai-nilai konservatif.

Hal ini terungkap dalam survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) bersama Goethe Institute yang disampaikan Direktur LSI, Burhanudin Muhtadi, dalam jumpa pers di Goethe Institute, Jalan Sam Ratulangi, Jakarta Pusat, Selasa (14/6/2011).

Survei bertema “Tata nilai, impian, cita-cita pemuda muslim di Asia Tenggara” ini diadakan di 33 provinsi di Indonesia dengan 1.496 responden yang berusia 15-25 tahun. Responden berpendidikan SD hingga perguruan tinggi. Survei dilakukan dengan wawancara langsung 18-26 November 2010.

Survei menunjukkan kaum muda Islam yang selalu menunaikan salat 5 waktu (28,7 persen), yang sering salat 5 waktu (30,2 persen), yang kadang-kadang salat 5 waktu (39,7 persen), yang tidak pernah salat 5 waktu (1,2 persen).

Kaum muda muslim yang selalu membaca Al Quran (10,8 persen), yang sering (27,5 persen), yang kadang-kadang (61,1 persen) dan yang tidak pernah (0,3 persen).

Kaum muda muslim yang selalu menjalankan ibadah puasa (59,6 persen), sering (30,7 persen), kadang-kadang (8,9 persen), tidak pernah (0,7 persen).

“Untuk yang selalu salat 5 waktu dan membaca Al Quran ternyata cukup rendah. Walau nilai-nilai konservatif masih dipegang tinggi di Indonesia,” papar Burhanudin.

Mengenai isu-isu liberal apakah pemuda muslim setuju atau tidak, menunjukkan kaum muda muslim tidak setuju minum-minuman keras (88 persen), yang setuju minum minuman keras sangat sedikit (10,8 persen).

Kaum muda muslim yang tidak setuju ganja 99,2 persen, dan hanya 0,4 persen yang setuju. Seks sebelum nikah yang tidak setuju 98,3 persen, dan yang setuju 1,4 persen, yang tidak setuju nonton film porno 95,7 persen dan 4,1 persen setuju. Tidak setuju dengan gay dan lesbian 98,9 persen dan 0,6 persen setuju.



Sebagai bangsa dengan penduduk mayoritas beragama Islam dan para pemimpinnya pun banyak yang Muslim harusnya merasa malu, pasalnya hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) mengungkapkan bahwa hanya sedikit dari kaum muda Islam Indonesia yang melaksanakan salat lima waktu.
“Ini merupakan warning. Karena itu, para orangtua dan guru-guru untuk mendorong anak-anak muda generasi melaksanakan salat lima waktu karena bagaimana pun salat ini merupakan kewajiban,” papar Suryadharma di Kantor Kemenag, Jakarta.
Sebelumnya, LSI bekerjasama dengan Goethe Institute Friedrich Naumann Stiftung dan Fur Die Freiheit, menyebutkan hasil surveinya, bahwa kaum muda Islam Indonesia yang selalu menunaikan salat lima waktu hanya 28,7 persen, sedang yang sering salat lima waktu sebesar 30,2 persen.
Sementara itu, 59,6 persen menyatakan selalu berpuasa pada bulan Ramadhan. Ketika ditanya mengenai penguasaan Al-Qur’an hanya 11,7 persen memahami sebagian besar isi kitab suci agama Islam itu.
Menurut Suryadharma masalah ketaatan menjalankan perintah agama, memang suatu yang gampang-gampang susah, dan hal tersebut tidak bisa dijadikan sebagai kelalaian atau ketidakpedulian negara semata.
Sayangnya kemenag berkelit dengan mengatakan bahwa “masalah ibadah shalat dan membaca Al Qur’an lebih bersifat pribadi, maka justru peran orang tua sebagai pemberi contoh yang utama,”.
Sungguh Ironi melihat bangsa ini, pelaksanaan shalat yang menjadi kewajiban bagi seluruh Muslim, baik pribadi, orang tua, maupun masyarakat, memang tetap harus dikontrol pelaksanaannya oleh pemimpin (yang notabene Muslim juga).
Inilah salah satu dampak sekularisme sistem negara, dimana agama tidak dijadikan sebagai prioritas  utama dalam segi kehidupan, maka kehidupan yang berjalan pun makin acak adut. Peradilan, hukum, pendidikan, moral, ekonomi semua hanya memperlihatkan wajah kebobrokan bangsa yang menolak Syariat Islam
- See more at: http://www.arrahmah.com/read/2011/06/18/13431-astagfirullah-mayoritas-kaum-muda-muslim-di-indonesia-tidak-shalat-lima-waktu.html#sthash.9qvozZw5.dpuf
Sebagai bangsa dengan penduduk mayoritas beragama Islam dan para pemimpinnya pun banyak yang Muslim harusnya merasa malu, pasalnya hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) mengungkapkan bahwa hanya sedikit dari kaum muda Islam Indonesia yang melaksanakan salat lima waktu.
“Ini merupakan warning. Karena itu, para orangtua dan guru-guru untuk mendorong anak-anak muda generasi melaksanakan salat lima waktu karena bagaimana pun salat ini merupakan kewajiban,” papar Suryadharma di Kantor Kemenag, Jakarta.
Sebelumnya, LSI bekerjasama dengan Goethe Institute Friedrich Naumann Stiftung dan Fur Die Freiheit, menyebutkan hasil surveinya, bahwa kaum muda Islam Indonesia yang selalu menunaikan salat lima waktu hanya 28,7 persen, sedang yang sering salat lima waktu sebesar 30,2 persen.
Sementara itu, 59,6 persen menyatakan selalu berpuasa pada bulan Ramadhan. Ketika ditanya mengenai penguasaan Al-Qur’an hanya 11,7 persen memahami sebagian besar isi kitab suci agama Islam itu.
Menurut Suryadharma masalah ketaatan menjalankan perintah agama, memang suatu yang gampang-gampang susah, dan hal tersebut tidak bisa dijadikan sebagai kelalaian atau ketidakpedulian negara semata.
Sayangnya kemenag berkelit dengan mengatakan bahwa “masalah ibadah shalat dan membaca Al Qur’an lebih bersifat pribadi, maka justru peran orang tua sebagai pemberi contoh yang utama,”.
Sungguh Ironi melihat bangsa ini, pelaksanaan shalat yang menjadi kewajiban bagi seluruh Muslim, baik pribadi, orang tua, maupun masyarakat, memang tetap harus dikontrol pelaksanaannya oleh pemimpin (yang notabene Muslim juga).
Inilah salah satu dampak sekularisme sistem negara, dimana agama tidak dijadikan sebagai prioritas  utama dalam segi kehidupan, maka kehidupan yang berjalan pun makin acak adut. Peradilan, hukum, pendidikan, moral, ekonomi semua hanya memperlihatkan wajah kebobrokan bangsa yang menolak Syariat Islam
- See more at: http://www.arrahmah.com/read/2011/06/18/13431-astagfirullah-mayoritas-kaum-muda-muslim-di-indonesia-tidak-shalat-lima-waktu.html#sthash.9qvozZw5.dpuf
Sebagai bangsa dengan penduduk mayoritas beragama Islam dan para pemimpinnya pun banyak yang Muslim harusnya merasa malu, pasalnya hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) mengungkapkan bahwa hanya sedikit dari kaum muda Islam Indonesia yang melaksanakan salat lima waktu.
“Ini merupakan warning. Karena itu, para orangtua dan guru-guru untuk mendorong anak-anak muda generasi melaksanakan salat lima waktu karena bagaimana pun salat ini merupakan kewajiban,” papar Suryadharma di Kantor Kemenag, Jakarta.
Sebelumnya, LSI bekerjasama dengan Goethe Institute Friedrich Naumann Stiftung dan Fur Die Freiheit, menyebutkan hasil surveinya, bahwa kaum muda Islam Indonesia yang selalu menunaikan salat lima waktu hanya 28,7 persen, sedang yang sering salat lima waktu sebesar 30,2 persen.
Sementara itu, 59,6 persen menyatakan selalu berpuasa pada bulan Ramadhan. Ketika ditanya mengenai penguasaan Al-Qur’an hanya 11,7 persen memahami sebagian besar isi kitab suci agama Islam itu.
Menurut Suryadharma masalah ketaatan menjalankan perintah agama, memang suatu yang gampang-gampang susah, dan hal tersebut tidak bisa dijadikan sebagai kelalaian atau ketidakpedulian negara semata.
Sayangnya kemenag berkelit dengan mengatakan bahwa “masalah ibadah shalat dan membaca Al Qur’an lebih bersifat pribadi, maka justru peran orang tua sebagai pemberi contoh yang utama,”.
Sungguh Ironi melihat bangsa ini, pelaksanaan shalat yang menjadi kewajiban bagi seluruh Muslim, baik pribadi, orang tua, maupun masyarakat, memang tetap harus dikontrol pelaksanaannya oleh pemimpin (yang notabene Muslim juga).
Inilah salah satu dampak sekularisme sistem negara, dimana agama tidak dijadikan sebagai prioritas  utama dalam segi kehidupan, maka kehidupan yang berjalan pun makin acak adut. Peradilan, hukum, pendidikan, moral, ekonomi semua hanya memperlihatkan wajah kebobrokan bangsa yang menolak Syariat Islam
- See more at: http://www.arrahmah.com/read/2011/06/18/13431-astagfirullah-mayoritas-kaum-muda-muslim-di-indonesia-tidak-shalat-lima-waktu.html#sthash.9qvozZw5.dpuf
Sebagai bangsa dengan penduduk mayoritas beragama Islam dan para pemimpinnya pun banyak yang Muslim harusnya merasa malu, pasalnya hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) mengungkapkan bahwa hanya sedikit dari kaum muda Islam Indonesia yang melaksanakan salat lima waktu.
“Ini merupakan warning. Karena itu, para orangtua dan guru-guru untuk mendorong anak-anak muda generasi melaksanakan salat lima waktu karena bagaimana pun salat ini merupakan kewajiban,” papar Suryadharma di Kantor Kemenag, Jakarta.
Sebelumnya, LSI bekerjasama dengan Goethe Institute Friedrich Naumann Stiftung dan Fur Die Freiheit, menyebutkan hasil surveinya, bahwa kaum muda Islam Indonesia yang selalu menunaikan salat lima waktu hanya 28,7 persen, sedang yang sering salat lima waktu sebesar 30,2 persen.
Sementara itu, 59,6 persen menyatakan selalu berpuasa pada bulan Ramadhan. Ketika ditanya mengenai penguasaan Al-Qur’an hanya 11,7 persen memahami sebagian besar isi kitab suci agama Islam itu.
Menurut Suryadharma masalah ketaatan menjalankan perintah agama, memang suatu yang gampang-gampang susah, dan hal tersebut tidak bisa dijadikan sebagai kelalaian atau ketidakpedulian negara semata.
Sayangnya kemenag berkelit dengan mengatakan bahwa “masalah ibadah shalat dan membaca Al Qur’an lebih bersifat pribadi, maka justru peran orang tua sebagai pemberi contoh yang utama,”.
Sungguh Ironi melihat bangsa ini, pelaksanaan shalat yang menjadi kewajiban bagi seluruh Muslim, baik pribadi, orang tua, maupun masyarakat, memang tetap harus dikontrol pelaksanaannya oleh pemimpin (yang notabene Muslim juga).
Inilah salah satu dampak sekularisme sistem negara, dimana agama tidak dijadikan sebagai prioritas  utama dalam segi kehidupan, maka kehidupan yang berjalan pun makin acak adut. Peradilan, hukum, pendidikan, moral, ekonomi semua hanya memperlihatkan wajah kebobrokan bangsa yang menolak Syariat Islam.
- See more at: http://www.arrahmah.com/read/2011/06/18/13431-astagfirullah-mayoritas-kaum-muda-muslim-di-indonesia-tidak-shalat-lima-waktu.html#sthash.9qvozZw5.dpuf
Sebagai bangsa dengan penduduk mayoritas beragama Islam dan para pemimpinnya pun banyak yang Muslim harusnya merasa malu, pasalnya hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) mengungkapkan bahwa hanya sedikit dari kaum muda Islam Indonesia yang melaksanakan salat lima waktu.
“Ini merupakan warning. Karena itu, para orangtua dan guru-guru untuk mendorong anak-anak muda generasi melaksanakan salat lima waktu karena bagaimana pun salat ini merupakan kewajiban,” papar Suryadharma di Kantor Kemenag, Jakarta.
Sebelumnya, LSI bekerjasama dengan Goethe Institute Friedrich Naumann Stiftung dan Fur Die Freiheit, menyebutkan hasil surveinya, bahwa kaum muda Islam Indonesia yang selalu menunaikan salat lima waktu hanya 28,7 persen, sedang yang sering salat lima waktu sebesar 30,2 persen.
Sementara itu, 59,6 persen menyatakan selalu berpuasa pada bulan Ramadhan. Ketika ditanya mengenai penguasaan Al-Qur’an hanya 11,7 persen memahami sebagian besar isi kitab suci agama Islam itu.
Menurut Suryadharma masalah ketaatan menjalankan perintah agama, memang suatu yang gampang-gampang susah, dan hal tersebut tidak bisa dijadikan sebagai kelalaian atau ketidakpedulian negara semata.
Sayangnya kemenag berkelit dengan mengatakan bahwa “masalah ibadah shalat dan membaca Al Qur’an lebih bersifat pribadi, maka justru peran orang tua sebagai pemberi contoh yang utama,”.
Sungguh Ironi melihat bangsa ini, pelaksanaan shalat yang menjadi kewajiban bagi seluruh Muslim, baik pribadi, orang tua, maupun masyarakat, memang tetap harus dikontrol pelaksanaannya oleh pemimpin (yang notabene Muslim juga).
Inilah salah satu dampak sekularisme sistem negara, dimana agama tidak dijadikan sebagai prioritas  utama dalam segi kehidupan, maka kehidupan yang berjalan pun makin acak adut. Peradilan, hukum, pendidikan, moral, ekonomi semua hanya memperlihatkan wajah kebobrokan bangsa yang menolak Syariat Islam.
- See more at: http://www.arrahmah.com/read/2011/06/18/13431-astagfirullah-mayoritas-kaum-muda-muslim-di-indonesia-tidak-shalat-lima-waktu.html#sthash.9qvozZw5.dpuf
Sebagai bangsa dengan penduduk mayoritas beragama Islam dan para pemimpinnya pun banyak yang Muslim harusnya merasa malu, pasalnya hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) mengungkapkan bahwa hanya sedikit dari kaum muda Islam Indonesia yang melaksanakan salat lima waktu.
“Ini merupakan warning. Karena itu, para orangtua dan guru-guru untuk mendorong anak-anak muda generasi melaksanakan salat lima waktu karena bagaimana pun salat ini merupakan kewajiban,” papar Suryadharma di Kantor Kemenag, Jakarta.
Sebelumnya, LSI bekerjasama dengan Goethe Institute Friedrich Naumann Stiftung dan Fur Die Freiheit, menyebutkan hasil surveinya, bahwa kaum muda Islam Indonesia yang selalu menunaikan salat lima waktu hanya 28,7 persen, sedang yang sering salat lima waktu sebesar 30,2 persen.
Sementara itu, 59,6 persen menyatakan selalu berpuasa pada bulan Ramadhan. Ketika ditanya mengenai penguasaan Al-Qur’an hanya 11,7 persen memahami sebagian besar isi kitab suci agama Islam itu.
Menurut Suryadharma masalah ketaatan menjalankan perintah agama, memang suatu yang gampang-gampang susah, dan hal tersebut tidak bisa dijadikan sebagai kelalaian atau ketidakpedulian negara semata.
Sayangnya kemenag berkelit dengan mengatakan bahwa “masalah ibadah shalat dan membaca Al Qur’an lebih bersifat pribadi, maka justru peran orang tua sebagai pemberi contoh yang utama,”.
Sungguh Ironi melihat bangsa ini, pelaksanaan shalat yang menjadi kewajiban bagi seluruh Muslim, baik pribadi, orang tua, maupun masyarakat, memang tetap harus dikontrol pelaksanaannya oleh pemimpin (yang notabene Muslim juga).
Inilah salah satu dampak sekularisme sistem negara, dimana agama tidak dijadikan sebagai prioritas  utama dalam segi kehidupan, maka kehidupan yang berjalan pun makin acak adut. Peradilan, hukum, pendidikan, moral, ekonomi semua hanya memperlihatkan wajah kebobrokan bangsa yang menolak Syariat Islam.
- See more at: http://www.arrahmah.com/read/2011/06/18/13431-astagfirullah-mayoritas-kaum-muda-muslim-di-indonesia-tidak-shalat-lima-waktu.html#sthash.9qvozZw5.dpuf
Sebagai bangsa dengan penduduk mayoritas beragama Islam dan para pemimpinnya pun banyak yang Muslim harusnya merasa malu, pasalnya hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) mengungkapkan bahwa hanya sedikit dari kaum muda Islam Indonesia yang melaksanakan salat lima waktu.
“Ini merupakan warning. Karena itu, para orangtua dan guru-guru untuk mendorong anak-anak muda generasi melaksanakan salat lima waktu karena bagaimana pun salat ini merupakan kewajiban,” papar Suryadharma di Kantor Kemenag, Jakarta.
Sebelumnya, LSI bekerjasama dengan Goethe Institute Friedrich Naumann Stiftung dan Fur Die Freiheit, menyebutkan hasil surveinya, bahwa kaum muda Islam Indonesia yang selalu menunaikan salat lima waktu hanya 28,7 persen, sedang yang sering salat lima waktu sebesar 30,2 persen.
Sementara itu, 59,6 persen menyatakan selalu berpuasa pada bulan Ramadhan. Ketika ditanya mengenai penguasaan Al-Qur’an hanya 11,7 persen memahami sebagian besar isi kitab suci agama Islam itu.
Menurut Suryadharma masalah ketaatan menjalankan perintah agama, memang suatu yang gampang-gampang susah, dan hal tersebut tidak bisa dijadikan sebagai kelalaian atau ketidakpedulian negara semata.
Sayangnya kemenag berkelit dengan mengatakan bahwa “masalah ibadah shalat dan membaca Al Qur’an lebih bersifat pribadi, maka justru peran orang tua sebagai pemberi contoh yang utama,”.
Sungguh Ironi melihat bangsa ini, pelaksanaan shalat yang menjadi kewajiban bagi seluruh Muslim, baik pribadi, orang tua, maupun masyarakat, memang tetap harus dikontrol pelaksanaannya oleh pemimpin (yang notabene Muslim juga).
Inilah salah satu dampak sekularisme sistem negara, dimana agama tidak dijadikan sebagai prioritas  utama dalam segi kehidupan, maka kehidupan yang berjalan pun makin acak adut. Peradilan, hukum, pendidikan, moral, ekonomi semua hanya memperlihatkan wajah kebobrokan bangsa yang menolak Syariat Islam.
- See more at: http://www.arrahmah.com/read/2011/06/18/13431-astagfirullah-mayoritas-kaum-muda-muslim-di-indonesia-tidak-shalat-lima-waktu.html#sthash.9qvozZw5.dpuf

Misteri: Depopulasi, Teori Illuminati Paling Heboh

Ada sebah teori konspirasi tentang Illuminati - Freemasonry yang diam-diam jadi perdebatan untuk dibahas, yakni: Depopulation. Program paling mengerikan bila benar.

Depopulation/depopulasi adalah: kondisi harus menurunkan jumlah penduduk (atau tidak ada penghuni sama sekali) arti dalam bahasa Inggris adalah: the condition of having reduced numbers of inhabitants (or no inhabitants at all). Jadi menurut konspirasi ini, berarti: Pengurangan jumlah penduduk dunia.
Pengontrolan kembali jumlah populasi dunia (World Depopulation) dengan cara mengurangi jumlah penduduk oleh kelompok “elite” dunia “the Bilderberg” ini memang sudah, sedang dan telah berjalan. Apakah anda tidak merasakannya? Jika tidak, memang itulah yang mereka harapkan. Mereka berencana mengurangi jumlah penduduk dunia yang kini berjumlah 7 miliar menjadi hanya 500 juta saja!

Hal ini sudah dikatakan oleh banyak saksi mata dari beberapa peneliti, para ahli dan oleh para pakar teori konspirasi, salah satunya adalah Jesse Ventura. Jesse Ventura adalah seorang mantan gubernur ke-38 (1999-2003) negara bagian Minnesota di Amerika, dia juga mantan NAVY Seal disaat perang Vietnam. Ia banyak membintangi film juga, bahkan merupakan mantan pegulat profesional, yang kini beralih menjadi pakar teori konspirasi.

Beberapa pakar dan peneliti yang telah ditemuinya, bersaksi telah melihat dampak dan bukti-bukti keberadaan agenda ini dari para kaum illuminati dan para “elite” dunia yang mempunyai kekuatan-kekuatan superior di dunia untuk menguasai dunia dengan hanya satu komando saja, New World Order, komando dari mereka.

Secret society atau kolompok rahasia ini sebenarnya sudah mengontrol dunia sejak lama sekali, ratusan tahun lalu, namun dengan keberadaan dunia yang canggih seperti internet, keberadaan mereka lebih mudah tercium. Dr. Rima Laibow seorang doketr advokat (Natural Medicine Advocate), telah mengetahui dan bertemu dengan salah satu anggota aliran satanic ini tentang salah satu cara menjalani program depopulasi ini, yaitu dengan VAKSINASI!

Selain itu, Dr. Rima juga menyatakan, “Mereka tak ada hubungannya dengan suatu kelompok agama, tak ada hubungannya dengan suatu ras, tak ada hubungannya dengan suatu bangsa, tak ada hubungannya dengan suatu politik apapun dan hubungan lainnya”, ujar Dr Rima setelah ditanya oleh Jesse tentang siapa mereka “para elit dunia” ini.
Jadi jika suatu masalah ada hubungan dengan itu semua, maka mereka para penganut satanic ini hanyalah MEMBONCENG! Agar dunia selalu ricuh dan berperang diantara kaum beragama atau believers! Mereka bahkan membuat kepercayaan-kepercayaan baru, juga membuat kelompok-kelompok baru yang berkedok agama, lalu menaruh diantara mereka (para believers).

Merekalah yang membuat yang tadinya satu menjadi pecah beberapa, merekalah yang membuat yang tadinya rukun menjadi berkelahi, dan mereka telah ada sejak ribuan tahun lamanya. Kini, mereka adalah kelompok para “Elit Penguasa” yang memiliki pengaruh yang sangat besar dan sangat kuat serta kaya raya, dan yang pastinya: berhati jahat seperti iblis. Dan jumlah mereka sangat sedikit, hanya 120 orang saja.

Mereka adalah pengontrol keuangan dunia dan politik dunia, negara mana yang akan makmur, negara mana yang akan miskin, juga dikontrol oleh mereka. Tak itu saja, mereka juga dapat mengontrol negara mana yang akan diperangi, suku mana yang akan dimusnahkan, suku mana yang akan dilindungi, negara mana yang akan ricuh, negara mana yang akan terpecah dan lain-lainnya, juga dikontrol oleh mereka.

Mereka jugalah yang memiliki kekuatan dunia, mereka menguasai industri farmasi dan obat-obatan dunia, mereka yang menguasai perusahaan-perusahaan raksasa dunia mulai dari perusahaan tambang, makanan, minuman hingga media masa di seluruh dunia. Anggota mereka hanya sekitar 120 orang saja, namun begitu kuatnya mereka para pengendali dunia yang terdiri dari para “aristocrat” atau para elite raja, ratu, pengusaha papan atas dan sejenisnya yang sangat berpengaruh di dunia.

Seakan-akan merekalah yang membuat dunia ini berputar, dan mereka layaknya beranggapan seperti tuhan, takkan pernah mati. Namun hanya satu yang belum dapat mereka kontrol, yaitu: Populasi Dunia! Cara-cara mereka untuk membuat dunia ini menjadi hanya 500 juta jiwa tidaklah mudah, namun agenda ini sudah berlangsung sejak puluhan tahun lalu.

Dengan membonceng PBB, WHO, IMF, Bank Dunia dan lembaga dunia lainnya, banyak lembaga tersebut juga telah disusupi dan ikut berkolaborasi. Tak itu saja, mereka juga menggabungkan beberapa kelompok pengusaha dan politikus yang sejalan, bertujuan dan berniat sama dengan mereka, oleh karenanya mereka semakin kuat dan semakin berpengaruh.


Beberapa pakar dan peneliti telah membeberkan bukti-bukti kongkrit tentang agenda mereka ini dan hal tersebut bukanlah isapan jempol namun suatu realita dan fakta nyata. Adapun beberapa cara untuk mengurangi penduduk dunia adalah: melalui peperangan, membuat orang terinfeksi penyakit melalui vaksinasi, menyalurkan racun yang dimakan di dalam makanan kita sehari-hari, meracuni obat-obatan yang dikonsumsi orang sakit dan juga meracuni minuman melalui saluran air.

Bahkan hingga virus-virus yang modifikasi buatan mereka, seperti virus flu babi, flu burung dan masih banyak lainnya. Mereka juga sebarkan kebanyak negara di dunia baik itu melalui makanan dan minuman serta melalui hewan yang diimpor ataupun berupa chemtrails yang disemprot oleh pesawat di udara.


Catatan:
Sebuah teori konspirasi akan tetap jadi perdebatan soal bukti dan kebenarannya. Bagaimanapun, semoga kita bisa mendapat pengetahuan baru tanpa perlu cemas berlebihan.

sumber:
Eramuslim